Inspirasi Sedekah dari Mbah Suyati

Inspirasi Sedekah dari Mbah Suyati

Ibu Suyati atau Mbah Yati,  sosok berusia lanjut yang bila ditanya berapa umurnya, beliau mengaku tidak tahu, karena memang tidak ingat tahun berapa beliau dilahirkan. Meski lanjut usia, Mbah Yati ini termasuk orang yang selalu aktif berkegiatan setiap harinya.

Pagi hari setelah subuh, beliau selalu dijemput tukang ojek untuk berdagang. Mbah Suyati memang kesehariannya berdagang di pasar yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Barang yang beliau jual adalah pisang, ayam atau yang lainnya. Pukul 9 pagi biasanya beliau sudah sampai kembali di rumahnya untuk melakukan aktivitas lainnya.

Sosok ini menjadi inspirasi karena di tengah kesederhanaannya, beliau selalu menyisihkan sebagian rezekinya untuk sedekah. Bahkan beliau beberapa waktu lalu bersedekah 50 juta rupiah melalui Nurul Hayat Semarang.

MasyaAllah. Mbah Suyati memang dikenal sebagai sosok yang sangat baik. Beliau merasa di sisa usianya harus lebih banyak mencari keridhoan Allah. Haji dan umroh sudah beliau jalani. Hanya satu keinginannya yang belum terlaksana yaitu bersedekah jariyah. Beliau mengakui butuh bekal untuk akhirat nanti.

Ada kebingungan saat beliau mau bersedekah jariyah karena di lingkungan tempat tinggalnya banyak masjid dan mushola yang sudah berdiri dengan megah dan bagus. Oleh karena itu, beliau minta pendapat dari putri sulungnya kemana sebaiknya bersedekah jariyah.

Qodarullah, putri sulung beliau yang bernama Mbak Eny, sudah lama menjadi donatur setia di Nurul Hayat. Akhirnya disarankanlah sang Ibunda untuk bersedekah melalui Nurul Hayat yang memiliki banyak program kemanusiaan dengan lebih banyak manfaat bagi yang membutuhkan.  Tidak butuh waktu lama, Mbah Suyati langsung mentransfer 50 juta rupiah melalui putrinya untuk Program Sumur Bor, wakaf Al Qur’an dan Pesantren Khairunnas.

Beliau terlihat sangat sumringah ketika tim Nurul Hayat berkunjung ke rumahnya. Ada kelegaan tersendiri saat bisa melaksanakan niatnya bersedekah jariyah.

Sedekah Pohon di Bojonegoro

Sedekah Pohon di Bojonegoro

Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan di Kabupaten Bojonegoro, Nurul Hayat Bojonegoro bersama 37 organisasi peduli lingkungan yang tergabung dalam Gerakan Lestari Alam Raya (GELAR)  melaksanakan kegiatan sedekah pohon dengan tujuan mengampanyekan penanaman pohon. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Maret 2024. Pukul 15.00-16.30 WIB. Bertempat di Alun-Alun Bojonegoro, Jln. MH Thamrin, Terminal Rajekwesi, Bojonegoro.

Alhamdulillah, kegiatan sedekah pohon telah terlaksana dengan lancar. Sedekah pohon disalurkan pada bulan Ramadhan, sekaligus memeringati hari hutan. Kegiatan penyaluran dikemas dengan berbagi takjil dan pohon dan dilaksanakan di tiga lokasi yakni Alun-Alun Bojonegoro, Jln. Veteran, dan Jln. Tamrin.

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh sahabat sejuk Nurul Hayat yang sudah mendukung program tanam pohon. Semoga pohon yang ditanam, membawa keberkahan untuk kita semua. Aamiin ya Rabbal Alamiiin.

Gemar bersedekah sejak kecil

Anak adalah aset di dunia dan di akhirat bagi orang tuanya sehingga harus dididik sebaik mungkin dengan menerapkan pembiasaan-pembiasaan baik sejak kecil. Salah satu pembiasaan baik yang dikenalkan kepada anak-anak sejak kecil. Ajaran yang kita perlu ajarkan adalah bersedekah dan berinfaq disetiap harinya. Meskipun ada saja kendala, mengajarkan hal baik untuk anak jangan sampai ditunda.

Kegiatan infaq harian bertujuan untuk mengajarkan kepada anak agar gemar bersedekah sejak dini dengan harapan dapat diamalkan secara rutin sampai kelak mereka dewasa dan menumbuhkan sikap peduli dengan sesama manusia

Sebagai orang tua juga mengenalkan kebaikan/manfaat dari bersedekah kepada anak-anak seperti dengan bersedekah akan membuka pintu rezeki dan Allah akan melipatgandakan pahala sedekah.

 Lihat Juga : Serah Terima Bantuan Pengobatan untuk Adik Hasna

Pentingnya untuk bersedekah dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-Talaq ayat 7:

”Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan”

Islam merupakan agama yang mengajarkan umatnya untuk melakukan kebaikan. Salah satunya dengan berbagi pada manusia lain yang membutuhkan.

Dalam agama Islam sendiri, hal ini disebut sebagai sedekah. Setiap umat muslim dianjurkan untuk bersedekah. Selain membantu sesama manusia, sedekah juga akan mendatangkan pahala dan kebaikan lainnya.

Sedekah perlu diajarkan orangtua sejak dini. Anak-anak yang dibiasakan bersedekah akan mengamalkannya secara rutin hingga mereka beranjak dewasa. Selain itu, anak juga akan tumbuh menjadi pribadi yang peduli dengan orang lain.

Lebih lanjut, hukum yang mendasari sedekah dalam Islam, dan keutamaan bersedekah. Barangkali dapat bermanfaat bagi Mama dan Papa dalam mengajarkan anak untuk sedekah.

Sebelum menumbuhkan kebiasaan sedekah pada anak, sebaiknya orangtua memberikan penjelasan tentang sedekah agar mereka paham. Salah satunya dengan memberitahu hukum sedekah dalam agama Islam.

Hukum sedekah dalam Islam ialah sunah atau dianjurkan. Jadi, apabila dikerjakan akan mendatangkan pahala dan kebaikan. Apabila ditinggalkan juga tidak mendatangkan dosa.

Namun, sedekah dapat berubah hukumnya menjadi wajib jika seorang muslim telah mampu dan berkecukupan berjumpa dengan orang lain yang kekurangan.

Misalnya, ketika keluarga mama mempunyai makanan yang cukup, sementara ada orang lain yang kelaparan, maka hukumnya wajib bagi untuk bersedekah. Hukum sedekah juga menjadi wajib ketika seseorang bernadzar untuk bersedekah. Jadi harus dilaksanakan.

Harta Hanya Titipan

Harta Hanya Titipan

Harta Hanya TitipanSejatinya, kita tidak pernah kehilangan sesuatu. Karena pada dasarnya kita tidak pernah benar-benar memiliki sesuatu. Coba lihat kembali siapa yang memiliki diri kita? Allah. Jangan pernah merasa memiliki. Kalau ternyata kita hanya dititipi. -Harun Tsaqif-

Kita tidak memiliki apa apa selain yang Allah ridhoi untuk kita. Termasuk harta kita. Maka, tugas kita hanyalah menjaga titipan tersebut sebaik mungkin. Dan harta terbaik adalah harta yang disedekahkan. Sebagai manusia apalagi hamba Allah, harus bijak dan mampu memanfaatkan dengan baik titipan Allah yang luar biasa cukup untuk memenuhi kebutuhan kita. Dalam sebuah hadist :

 

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” (HR. Tirmidzi).

 

Pada hari kiamat, setiap dari kita akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita. Termasuk tentang harta. Apakah dengan cara halal kita mendapatkannya? dan untuk hal-hal apa saja harta tersebut dibelanjakan? Sebagaimana Allah memerintahkan untuk makan makanan yang halal, cara mendapatkan makanan tersebut pun dengan cara yang halal juga. Halalnya makanan dan cara mencarinya sangat ditekankan, sehingga kita wajib makan harta yang halal, maka jika sewaktu di dunia kita selalu memperhatikan makanan yang kita makan dan cara mencarinya, tentu akan menyelamatkan kita dari pertanyaan pada hari kiamat.

Tanda sayang Allah terhadap hamba-NYA yaitu melalui ujian. Bisa jadi harta yang berlimpah itu merupakan ujian dari Allah. Allah ingin tahu, jika diberi harta yang banyak apakah dia ini tetap mau beribadah kepada Allah dan tidak sombong? atau mungkin Allah ingin tahu apakah harta tersebut dimanfaatkan dengan baik atau tidak? 

Sama halnya dengan harta yang sedikit. Allah ingin menguji apakah Hamba-NYA ini mau bersyukur atas apa yang Allah kehendaki atau tidak? lalu dengan yang sedikit itu apakah dia akan memanfaatkannya dengan baik atau tidak? Allah pun maha adil. Allah tahu batas kemampuan hamba-NYA.Tidak akan Allah menguji diluar kemampuan hamba-NYA. Dan tidak mungkin Allah memberi masalah tanpa solusi. Oleh karena itu seberapa banyak harta yang kita miliki, baiknya disyukuri. Seperti dalam firman Allah berikut :

 

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’”“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’” (Q.S. Ibrahim:7)

 

Baca Juga : Dunia ini Hanya Permainan

Sedekah adalah harta yang sesungguhnya. Sedekah juga merupakan cara kita untuk mesyukuri nikmat Allah melalui harta. Namun sayangnya, ada sebagian orang malah gara-gara sibuk mencari harta hingga lupa kepada Pemberi harta. Mereka lupa kepada yang empunya rezeki yaitu Allah Swt. Gara-gara mencari harta lupa salat, tinggal puasa, yang lebih parah lagi enggan mengeluarkan zakat dan sedekah. Padahal dalam hartanya memiliki hak-hak fakir miskin yang harus ia tunaikan. Sebagai pengingat kembali, dalam pandangan Islam, harta yang kita miliki bukanlah harta kita, melainkan semua titipan dari Allah Swt. Kita tidak tahu kapan harta itu diambil oleh Allah Swt secara tiba-tiba. Kita tak bisa mengklaim itu harta kita seutuhnya ketika nyawa sudah terpisah dari badan.

Namun, hanya satu cara agar harta tersebut benar-benar menjadi abadi milik kita yaitu dengan cara bersedekah. Harta hanya titipan ini kita belanjakan di jalan Allah. Kita sisihkan harta kita untuk membayar zakat dan menolong orang-orang yang lemah. Ketika harta yang kita keluarkan di jalan Allah, sesungguhnya kita sudah menabung untuk akhirat kelak. Yuk, sedekah!

 

Bersedekah dengan Sebutir Kurma

Bersedekah dengan Sebutir Kurma

Bersedekah dengan Sebutir Kurma – Bersedekah tidak mesti banyak, yang penting adalah ikhlas dan halal. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَتَصَدَّقُ أَحَدٌ بِتَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ إِلاَّ أَخَذَهَا اللَّهُ بِيَمِينِهِ فَيُرَبِّيهَا كَمَا يُرَبِّى أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ قَلُوصَهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ أَوْ أَعْظَمَ

“Tidaklah seseorang bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil kerjanya yang halal melainkan Allah akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya lalu Dia membesarkannya sebagaimana ia membesarkan anak kuda atau anak unta betinanya hingga sampai semisal gunung atau lebih besar dari itu.” (HR. Muslim, no. 1014).

 

Hadits ini menjelaskan kemuliaan bersedekah dan jaminan Allah SWT bahwa harta yang disedekahkan tidak akan berkurang tetapi bertambah dan terus bertambah sehingga di hari kiamat nanti orang yang bersedekah terheran-heran menerima balasan sedekah dengan sebutir kurma seperti sebesar gunung atau lebih besar lagi.

Kalimat “bersedekah dengan sebutir kurma” tidak menunjukkan kekhususan bersedekah dengan satu biji kurma, tetapi hanyalah perumpamaan bersedekah dengan sesuatu yang sedikit atau sepele baik berupa uang, makanan, minuman, pakaian, atau lainnya.

Kalimat “dari penghasilan yang baik” menunjukkan bahwa sedekah yang diterima oleh Allah hanyalah sedekah yang bersumber dari penghasilan yang cara mendapatkannya secara halal. Sebaliknya, sedekah dari penghasilan yang tidak baik maka tidak akan diterima oleh Allah SWT, meskipun nominal sedekahnya sangat fantastis namun tetap tertolak.

Akibat jelek dari makanan dan pekerjaan yang haram adalah doa sulit terkabul. Dalam hadits disebutkan tentang seorang musafir yang sudah dalam keadaan benar-benar memohon kepada Allah sambil mengangkat tangannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?” (HR. Muslim, no. 1014)

 

Mengenai sedekah dengan harta haram, maka bisa ditinjau dari tiga macam harta haram berikut:

  • Harta yang haram secara zatnya. Contoh: khamar, babi, benda najis. Harta seperti ini tidak diterima sedekahnya dan wajib mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya atau dimusnahkan.
  • Harta yang haram karena berkaitan dengan hak orang lain. Contoh: HP curian, mobil curian. Sedekah harta semacam ini tidak diterima dan harta tersebut wajib dikembalikan kepada pemilik sebenarnya.
  • Harta yang haram karena pekerjaannya. Contoh: harta riba, harta dari hasil dagangan barang haram. Sedekah dari harta jenis ketiga ini juga tidak diterima dan wajib membersihkan harta haram semacam itu. Namun apakah pencucian harta seperti ini disebut sedekah? Para ulama berselisih pendapat dalam masalah ini. Intinya, jika dinamakan sedekah, tetap tidak diterima karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari ghulul (harta haram).” (HR. Muslim, no. 224). Ghulul yang dimaksud di sini adalah harta yang berkaitan dengan hak orang lain seperti harta curian. (HR. Muslim no. 1014). Lihat Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al-Mukhtashar, hlm. 92-93.

 

Baca juga : Sedekah Listrik untuk Pesantren Tahfidz Nurul Hayat

Kalimat “sampai (sedekah kurma itu) sebesar gunung atau lebih besar lagi”. Hadits ini menunjukkan bahwa siapapun bisa bersedekah, dan kekurangan harta atau banyaknya kebutuhan bukanlah alasan untuk tidak bersedekah. Orang kaya sangat dianjurkan untuk memperbanyak sedekah sebagai ungkapan syukur dan demi mempertahankan nikmat, sedangkan orang miskinpun dianjurkan untuk bersedekah sebagai ungkapan syukur atas nikmat iman dan agar keluar dari jerat kesulitan. Perhatikanlah bagaimana hadis ini memberikan illustrasi indah bersedekah satu biji kurma dengan ganjaran hingga sebesar gunung atau lebih besar lagi. Hadis ini menunjukkan keutamaan bersedekah meskipun dengan sesuatu yang sedikit. 

Oleh karena itu, janganlah kita meremehkan bersedekah dengan Rp. 1000, Rp. 5000, atau satu kotak susu, atau satu kantong sayuran, dan lain sebagainya. Yang terpenting adalah bersedekah dengan tulus ikhlas semata-mata berharap ridha Allah SWT dan bersumber dari penghasilan baik, niscaya Allah akan memelihara sedekah tersebut sampai pada hari kiamat nanti ia didapati seperti sebesar gunung atau lebih besar lagi. Jangan lupa sedekah.

 

Setiap Amalan Tergantung Pada Niat

Setiap Amalan Tergantung Pada Niat

Setiap Amalan Tergantung Pada Niat – Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

 

Hadits ini menjelaskan bahwa setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan balasan dari apa yang ia niatkan. Balasannya sangat mulia ketika seseorang berniat ikhlas karena Allah, berbeda dengan seseorang yang berniat beramal hanya karena mengejar dunia seperti karena mengejar wanita. Dalam hadits disebutkan contoh amalannya yaitu hijrah, ada yang berhijrah karena Allah dan ada yang berhijrah karena mengejar dunia.

Niat secara bahasa berarti al-qashd (keinginan). Sedangkan niat secara istilah syar’i, yang dimaksud adalah berazam (bertedak) mengerjakan suatu ibadah ikhlas karena Allah, letak niat dalam batin (hati).

Kalimat “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya”, ini dilihat dari sudut pandang al-manwi, yaitu amalan. Sedangkan kalimat “Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan”, ini dilihat dari sudut pandang al-manwi lahu, yaitu kepada siapakah amalan tersebut ditujukan, ikhlas lillah ataukah ditujukan kepada selainnya.

Baca Juga : NH Madiun Berikan Modal untuk Koperasi Berani Jujur

Niat punya peranan penting dalam setiap ibadah termasuk dalam sedekah. Ada kisah dalam hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitab yang sudah  sangat masyhur di tengah-tengah kita yaitu kitab Riyadhus Sholihin. Kisah ini berkaitan dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, setiap amalan itu tergantung pada niat. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.

Dari Abu Yazid Ma’an bin Yazid bin Al Akhnas radhiyallahu ‘anhum, -ia, ayah dan kakeknya termasuk sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, di mana Ma’an berkata bahwa ayahnya yaitu Yazid pernah mengeluarkan beberapa dinar untuk niatan sedekah. Ayahnya meletakkan uang tersebut di sisi seseorang yang ada di masjid (maksudnya: ayahnya mewakilkan sedekah tadi para orang yang ada di masjid, -pen). Lantas Ma’an pun mengambil uang tadi, lalu ia menemui ayahnya dengan membawa uang dinar tersebut. 

Kemudian ayah Ma’an (Yazid) berkata, “Sedekah itu sebenarnya bukan kutujukan padamu.” Ma’an pun mengadukan masalah tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيدُ ، وَلَكَ مَا أَخَذْتَ يَا مَعْنُ

“Engkau dapati apa yang engkau niatkan wahai Yazid. Sedangkan, wahai Ma’an, engkau boleh mengambil apa yang engkau dapati.” (HR. Bukhari no. 1422).

 

Kisah di atas menceritakan bahwa ayah Ma’an (Yazid)  ingin bersedekah kepada orang fakir. Lantas datang anaknya (Ma’an) mengambil sedekah tersebut. Orang yang diwakilkan uang tersebut di masjid tidak mengetahui bahwa yang mengambil dinar tadi adalah anaknya Yazid. Kemungkinan lainnya, ia tahu bahwa anak Yazid di antara yang berhak mendapatkan sedekah tersebut. Lantas Yazid pun menyangkal dan mengatakan bahwa uang tersebut bukan untuk anaknya. Kemudian hal ini diadukan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau pun bersabda, “Engkau dapati apa yang engkau niatkan wahai Yazid. Sedangkan, wahai Ma’an, engkau boleh mengambil apa yang engkau dapati”.

 

Sedekah di Hari Jumat

Sedekah di Hari Jumat

Sedekah di Hari JumatHari jumat merupakan hari yang istimewa bagi umat muslim. Selain karena mendekati akhir pekan, ternyata banyak kebaikan di hari jumat. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri menganjurkan umatnya untuk senantiasa memperbanyak amalan dan ibadah pada hari Jumat ini. Salah satunya adalah sedekah di hari Jumat. 

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata tentang keutamaan hari Jumat, “Bahwasanya sedekah di hari Jumat dibandingkan semua hari dalam sepekan seperti sedekah di bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan selainnya.”

Bersedekah tidak selalu dalam bentuk harta atau materi saja. Tetapi segala sesuatu yang bersifat non harta pun jika diberikan kepada orang lain dan bermanfaat maka juga sedekah.

Bahkan untuk hal paling sederhana seperti memberikan sebuah senyuman kepada orang lain, bisa disebut juga sebagai sedekah. Dengan begitu, tidak perlu menunggu banyak harta atau banyak barang berharga untuk melakukan sedekah ini.

Seperti yang disampaikan dalam QS Al-Zalzalah ayat 7-8 “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.

Artinya, sedekah kita, dalam bentuk apapun itu asalkan dengan niat dan tujuan kebaikan, maka Allah akan membalas dengan kebaikan atau pahala yang setimpal. Dan Allah dengan Maha Adilnya, tidak menilai hanya dari besarnya pemberian kita, tetapi juga bagaimana kualitas ibadah kita.

Hari Jumat juga menjadi hari terbaik dimana nilai dan segala macam pahala akan dilipat gandakan, sehingga melakukan ibadah di hari Jumat akan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Kebaikan di hari Jumat juga akan membuahkan keajaiban yang tidak pernah di duga sebelumnya seperti aliran rezeki yang semakin lancar. Sekali lagi sedekah tidak selalu harus berupa materi, akan tetapi juga bisa dalam bentuk bantuan atau tenaga yang bermanfaat untuk orang lain.

Allah juga sudah menyiapkan ampunan, pengabulan doa dan juga pahala yang sangat besar bagi setiap hamba beriman dan oleh karena itu, hendaknya amal shalih dan juga ketaatan lebih ditingkatkan khususnya pada ibadah di hari jumat.

bersedakah di hari Jumat, terlebih bagi para laki-laki yang akan melaksanakan shalat Jumat adalah hal yang istimewa. Apalagi hari Jumat pun merupakan hari yang diberkahi dan penuh dengan keistimewaan. Jika hal tersebut sering dilakukan, maka pahala dan keutamannya sangat besar sekali.

Tak hanya itu, pada hari ini pun banyak sekali kebaikan-kebaikan yang menyertai. Bahkan ketika seseorang memohon kebaikan kepada Allah pada waktu itu, maka Allah akan senantiasa memberinya kebaikan dengan mudah.

Lengkung Terbaik Dari Wajah Itu

Lengkung Terbaik Dari Wajah Itu

Lengkung Terbaik Dari Wajah ItuPada awal abad ke-20, senyum secara resmi telah diakui sebagai ilmu yang disebut “Psikologi Tertawa.”. “Senyum mencairkan es, menanamkan kepercayaan diri dan menyembuhkan luka, itu adalah kunci dari hubungan manusia yang tulus,” jelas Voltaire.

Abu Hurairah juga meriwayatkan jika Rasulullah pernah bersabda: “Kamu tidak dapat memuaskan orang dengan kekayaanmu, tetapi bisa memuaskan mereka dengan wajah ceria dan akhlak yang baik” (Abu Ya`la dan Al-Hakim; hadits shahih).

Kebaikan bisa kita lakukan dengan cara sederhana, sedekah itu tidak harus selalu kita lakukan dengan memberi sejumlah materi jika kita memang tidak punya apa-apa. Karena membuat gerakan ekspresif dengan menarik sudut bibir ke atas tanpa bersuara sudah merupakan sedekah.

Senyum adalah kebajikan,

Rasulullah pernah bersabda, diriwayatkan dalam Hadits Riwayat Muslim, yang berbunyi: “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun hanya dengan bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri.” (HR. Muslim no 2626).

Jika kita sering tersenyum, kita sedang menjalankan salah satu sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam suka sekali menebarkan tersenyum.

Senyum itu sarana berbuat baik kepada manusia,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Kamu tidak akan mampu berbuat baik kepada semua manusia dengan hartamu, maka hendaknya kebaikanmu sampai kepada mereka dengan keceriaan (pada) wajahmu.” (HR. al-Hakim (1/212).

Jadi bisa disimpulkan dengan senyum, kita bisa menghadirkan kebaikan-kebaikan tersendiri dalam hidup kita. Dengan tersenyum, kita secara tidak sadar memberikan energi positif kepada orang yang menerima senyuman kita.

Sebagaimana yang dipaparkan dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi yang berbunyi:

“Menampakkan wajah manis di hadapan seorang muslim akan meyebabkan hatinya merasa senang dan bahagia, dan melakukan perbuatan yang menyebabkan bahagianya hati seorang muslim adalah suatu kebaikan dan keutamaan.” (Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” no. 6 hal 75-76).

Itulah makna dibalik lengkung terbaik dari wajah kita. Karena di balik senyum, terdapat pahala yang banyak, dan juga senyum mudah untuk dilakukan.

Selamat hari kamis, untukmu yang bersenyum manis.

Keberkahan Menyantuni Anak Yatim

Keberkahan Menyantuni Anak Yatim

Keberkahan Menyantuni Anak Yatim – Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada seorang anak yang ingin hidup sendiri tanpa adanya kehadiran orang tua. Namun, jika Allah SWT sudah menakdirkan manusia pada umurnya, manusia tidak bisa berbuat apapun. Seorang anak yang ditinggalkan atau wafatnya kedua orang tua mereka disebut Anak yatim piatu.

Keberkahan Menyantuni Anak Yatim – Keberadaan Anak yatim piatu menjadi keberkahan bagi setiap orang yang selalu peduli terhadap kehidupan anak tersebut, seperti yang dilakukan memberi makan, nafkah bahkan menyantuninya untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup anak yatim piatu itu sendiri.

Adapun keberkahan dan pahala yang akan didapat oleh orang yang senang menyantuni anak yatim piatu, dan betapa agungnya pahala yang akan Allah SWT berikan.

Apabila seseorang menyantuni anak yatim, maka akan seperti berinfak di jalan Allah dan Allah SWT. … “Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga.” (HR. Al-Baniy, Shahih At Targhib)

Rasulullah SAW sudah memberi jaminan jika pahala yang bisa didapat saat menyantuni anak yatim setara dengan pahala orang yang sedang berkihad.

Rasulullah menjelaskan jika disaat menyantuni anak yatim, maka hal tersebut sama halnya dengan bangun pada waktu malam dan berpuasa di siang hari kemudian dilanjutkan denga keluar di sore serta pagi untuk jihad di jalan Allah SWT.

Begitu juga keberkahan menyantuni anak yatim piatu akan senantiasa mendapat sisi kehidupan yang akan baik dan dijauhi dari bahaya karena pertolongan do’anya anak tersebut.

Seperti yang Allah janjikan bagi siapa saja yang menyayangi anak yatim piatu akan dibalas dengan pahala berlipat ganda.

Allah SWT akan membalas kebaikan orang yang sangat mencintai anak yatim piatu, jikapun ada anak yatim yang sangat nakal tidak seharusnya kita sebagai manusia memperlakukan mereka dengan mencercanya bahkan ada yang sampai menghinanya.

Seseorang yang sangat sayang sekaligus menyantuni anak yatim juga akan masuk kedalam golongan orang dengan iman dan taqwa oleh Allah SWT.

“Dan memberikan harya yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” [Al Baqarah: 177].

Itulah keberkahan dan pahala yang dijanjikan oleh Allah SWT beserta rasul-nya menurut ajaran Islam.

Meraih Kebahagiaan Dengan Sedekah

Meraih Kebahagiaan Dengan Sedekah

Meraih Kebahagiaan Dengan Sedekah – Dalam tatanan masyarakat, ibadah sosial seperti zakat dan sedekah memiliki banyak manfaat dibandingkan dengan ibadah individual, karena kemanfaatannya dapat dirasakan oleh orang lain. Maka dari itu ibadah sosial memiliki banyak pahala dari pada ibadah yang bersifat individual. Sedekah termasuk ibadah sosial. Terdapat ayat dalam Al Quran yang menjelaskan tentang keutamaan sedekah. Al Quran memberikan porsi yang lebih terhadap sedekah, karena sedekah adalah sesuatu yang dianggap penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam keagamaan.

Meraih Kebahagiaan Dengan Sedekah – Bersedekah akan sangat mungkin terjadi suatu keseimbangan antara orang yang kaya dan orang yang miskin. Allah berfirman dalam Surat Ali-Imron (3:92) “Kamu sekali-kali tidak sampai kebajikan (yang semupurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan. Maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita sebagai umat muslim hendaknya menyedekahkan sebagian harta kita kepada orang lain. Akan tetapi perlu diketahui bahwa sedekah tidak mesti soal harta saja, namun bisa juga dengan berbuat baik kepada sesama, itu sudah termasuk sedekah. Mengingat bahwa sedekah merupakan ibadah yang bersifat sosial, Senyum itu pun adalah sedekah.

Sedekah itu merupakan pemberian seorang muslim secara sukarela dan ikhlas. Dengan itu seorang muslim yang sadar akan tanggung jawab agama dan tanggung jawab sosial, selayaknya kita dituntut untuk melaksanakan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Antara ibadah individual dan ibadah sosial harus seimbang. Dengan bersedekah dapat mengimbangi ibadah sholat kita.

Di dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda “Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614). Sedekah juga dapat menciptakan ketenangan hati, sebab hati akan terasa lebih tenang dan lapang karena beban-beban terangkat dan digantikan rasa senang karena telah membantu sesama dengan niat mendapat keridhaan Allah SWT.

Selain membantu sesama, ternyata terdapat banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh orang-orang yang bersedekah, diantaranya adalah keberkahan umur dan rizki sebab dengan ke-ikhlasan sedekah yang kita berikan Allah SWT sudah menjanjikan balasan rezeki yang berlipat ganda baik dalam bentuk uang atau rezeki lainnya yang tidak bisa dinilai dengan materi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 245 : “Barang siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.”

Sedekah merupakan aktivitas yang sangat mulia, selain merupakan tanda syukur kita kepada Alloh SWT, sedekah juga merupakan wujud eksistensi kita sebagai makhluk sosial di muka bumi ini. Sedekah bukan hanya berupa harta benda namun juga bisa berupa materi, ilmu pengetahuan, informasi dan lainnya dalam hal apapun selama masih dalam koridor agama dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

Berbagi dalam Pandangan Islam.

Bagi umat Islam sedekah adalah salah satu cara untuk meraih rahmat dan ridho Allah SWT. “Ketika kita bersedekah, selain mendapatkan rahmat dan ridho-Nya maka Allah SWT juga memberikan ganjaran pahala minimal 10 kali lipat atau 700 kali lipat atau bahkan tidak terhingga tergantung keikhlasan dan kewenangan Allah SWT

”Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah (bersedekah) adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran).” (Al-Baqarah [2] : 261)

“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikitpun tidak dirugikan (dizalimi).” (QS. Al-An’am [6]:160)

“Siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah suatu pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah [2] : 245)

Copyright © 2001-2023 Yayasan Yay. Nurul Hayat Surabaya