Harta Hanya Titipan

Harta Hanya Titipan

Harta Hanya TitipanSejatinya, kita tidak pernah kehilangan sesuatu. Karena pada dasarnya kita tidak pernah benar-benar memiliki sesuatu. Coba lihat kembali siapa yang memiliki diri kita? Allah. Jangan pernah merasa memiliki. Kalau ternyata kita hanya dititipi. -Harun Tsaqif-

Kita tidak memiliki apa apa selain yang Allah ridhoi untuk kita. Termasuk harta kita. Maka, tugas kita hanyalah menjaga titipan tersebut sebaik mungkin. Dan harta terbaik adalah harta yang disedekahkan. Sebagai manusia apalagi hamba Allah, harus bijak dan mampu memanfaatkan dengan baik titipan Allah yang luar biasa cukup untuk memenuhi kebutuhan kita. Dalam sebuah hadist :

 

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” (HR. Tirmidzi).

 

Pada hari kiamat, setiap dari kita akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita. Termasuk tentang harta. Apakah dengan cara halal kita mendapatkannya? dan untuk hal-hal apa saja harta tersebut dibelanjakan? Sebagaimana Allah memerintahkan untuk makan makanan yang halal, cara mendapatkan makanan tersebut pun dengan cara yang halal juga. Halalnya makanan dan cara mencarinya sangat ditekankan, sehingga kita wajib makan harta yang halal, maka jika sewaktu di dunia kita selalu memperhatikan makanan yang kita makan dan cara mencarinya, tentu akan menyelamatkan kita dari pertanyaan pada hari kiamat.

Tanda sayang Allah terhadap hamba-NYA yaitu melalui ujian. Bisa jadi harta yang berlimpah itu merupakan ujian dari Allah. Allah ingin tahu, jika diberi harta yang banyak apakah dia ini tetap mau beribadah kepada Allah dan tidak sombong? atau mungkin Allah ingin tahu apakah harta tersebut dimanfaatkan dengan baik atau tidak? 

Sama halnya dengan harta yang sedikit. Allah ingin menguji apakah Hamba-NYA ini mau bersyukur atas apa yang Allah kehendaki atau tidak? lalu dengan yang sedikit itu apakah dia akan memanfaatkannya dengan baik atau tidak? Allah pun maha adil. Allah tahu batas kemampuan hamba-NYA.Tidak akan Allah menguji diluar kemampuan hamba-NYA. Dan tidak mungkin Allah memberi masalah tanpa solusi. Oleh karena itu seberapa banyak harta yang kita miliki, baiknya disyukuri. Seperti dalam firman Allah berikut :

 

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’”“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’” (Q.S. Ibrahim:7)

 

Baca Juga : Dunia ini Hanya Permainan

Sedekah adalah harta yang sesungguhnya. Sedekah juga merupakan cara kita untuk mesyukuri nikmat Allah melalui harta. Namun sayangnya, ada sebagian orang malah gara-gara sibuk mencari harta hingga lupa kepada Pemberi harta. Mereka lupa kepada yang empunya rezeki yaitu Allah Swt. Gara-gara mencari harta lupa salat, tinggal puasa, yang lebih parah lagi enggan mengeluarkan zakat dan sedekah. Padahal dalam hartanya memiliki hak-hak fakir miskin yang harus ia tunaikan. Sebagai pengingat kembali, dalam pandangan Islam, harta yang kita miliki bukanlah harta kita, melainkan semua titipan dari Allah Swt. Kita tidak tahu kapan harta itu diambil oleh Allah Swt secara tiba-tiba. Kita tak bisa mengklaim itu harta kita seutuhnya ketika nyawa sudah terpisah dari badan.

Namun, hanya satu cara agar harta tersebut benar-benar menjadi abadi milik kita yaitu dengan cara bersedekah. Harta hanya titipan ini kita belanjakan di jalan Allah. Kita sisihkan harta kita untuk membayar zakat dan menolong orang-orang yang lemah. Ketika harta yang kita keluarkan di jalan Allah, sesungguhnya kita sudah menabung untuk akhirat kelak. Yuk, sedekah!

 

Copyright © 2001-2023 Yayasan Yay. Nurul Hayat Surabaya