Saling Menasehati Sesama Muslim – Menasihati seorang Muslim adalah wujud dari kecintaan dan rasa peduli. Nasihat ditujukan untuk menjauhkan sahabat Muslim yang bersangkutan agar dapat keluar dari kebuntuan dan tidak keluar dari batas-batas syariat agama. Saling menasihati antarsesama Muslim juga merupakan anjuran baik yang termasuk dalam ibadah. Dakwah dengan nasihat itu dimaksudkan semata-mata karena rasa peduli dan dilandasi dengan niat karena Allah SWT.
Saling Menasehati Sesama Muslim – Orang-orang yang tidak merugi sebagaimana disebutkan dalam surat Al ‘Ashr adalah orang yang beriman, beramal shaleh serta saling menasehati untuk kebenaran dan kesabaran. Dalam Al Qur’an, selain menasehati digunakan juga istilah memberi peringatan. Disebutkan dalam surat Adz Dzariyat ayat 55 yang artinya, “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.”
Memberi nasehat atau mengingatkan bukanlah suatu hal yang mudah. Menurut Tafsir Ibnu Katsir, surat Adz Dzariyat ayat 55 merupakan hiburan dari Allah Swt untuk Nabi Muhammad Saw agar tetap memberi peringatan. Pada ayat sebelumnya, ayat 52, Allah Swt menyampaikan bahwa tidak ada Rasul yang bebas dari tanggapan negatif kaum yang didatanginya, antara lain disebut sebagai tukang sihir atau orang gila. Namun tanggapan tersebut tak boleh menyurutkan semangat untuk memberi peringatan, karena bagi orang yang beriman, peringatan itu pasti memberi manfaat.
Zaman sekarang tak jauh beda, ketika ada orang menasehati atau mengingatkan, respon orang juga bisa negatif, bahkan kadang terasa menyakitkan. Sekadar contoh, ketika ada yang mengingatkan, “Jangan korupsi!” ada saja yang malah menanggapi, “Tidak usah munafik lah, memang kamu sendiri tidak perlu uang?”
Sindiran-sindiran sok alim, atau ungkapan (bisa ngajar ora bisa nglakoni, bisa mengajari tidak bisa menjalani) tak jarang harus diterima oleh orang yang mengingatkan atau menasehati. Sehingga akhirnya semakin sedikit orang yang mau menasehati dan mengingatkan. “Dinasehati juga percuma, tidak akan berubah, nanti malah jadi ribut!” atau, “Mau mengingatkan tidak enak, nanti dikira kita iri.” Begitu beberapa dalih orang yang enggan mengingatkan saat orang di lingkungannya berbuat kesalahan.
Harus diingat bahwa Nabi Muhammad Saw saja, yang semula mendapat julukan Al Amin, ganti disebut tukang sihir dan orang gila saat mengingatkan, apalagi kita yang hanya manusia biasa.
Selain surat Adz Dzariyat ayat 55 untuk menjadi pendorong semangat dalam mengingatkan dan menasehati, banyak hadits yang juga bisa menambah motivasi. Antara lain yang berasal dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR Muslim no. 4831 disahihkan oleh ijma’ Ulama).
Ketahuilah bahwa orang yang memerintahkan pada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar termasuk mujahid di jalan Allah. Jika dirinya disakiti atau hartanya dizholimi, hendaklah ia bersabar dan mengharap pahala di sisi Allah. Sebagaimana hal inilah yang harus dilakukan seorang mujahid pada jiwa dan hartanya. Hendaklah ia melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam rangka ibadah dan taat kepada Allah serta mengharap keselamatan dari siksa Allah, juga ingin menjadikan orang lain baik.
Manusia hanya diwajibkan untuk berusaha, termasuk menasehati dan mengingatkan orang lain. Manusia tidak diwajibkan untuk berhasil, bagaimanapun hidayah tetap merupakan rahadia Allah. Wallahu a’lam