Stop Kebaikan di Era Pandemi

Stop Kebaikan di Era Pandemi

Bagaimana menurut Anda jika kita harus benar-benar menghentikan segala aktifitas kebaikan kita di masa pandemi ini karena terbatasnya akses mobilitas keseharian kita? Apakah Anda setuju? Saya rasa tidak! Sudah tentu jiwa-jiwa mulia itu akan meronta jika harus menutup diri dari berbagai kebaikan yang sudah rutin dilakukan, terutama saat bertatap wajah. Tapi apakah harus dengan menghentikannya di era pandemi yang dirasa mengerikan ini? Tentu saja tidak! Masih banyak cara untuk terus menjadikan diri ber-fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan).

Sebagai manusia yang seringkali tak luput dari kesalahan tentu kita berusaha untuk terus melakukan kebaikan agar kita tetap bisa mendapat ridho Allah untuk menggapai surga-Nya. Pada hakikatnya manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah, salah satu caranya dengan melakukan kebaikan. Itulah mengapa walau di tengah pandemi seperti sekarang ini maka kita tidak boleh kehabisan ide untuk melakukan kebaikan apa yang bisa kita lakukan. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 148 yang artinya:

Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya (pada hari kiamat). Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Lalu apa saja kebaikan yang bisa kita lakukan di tengah pandemi yang melanda seperti sekarang ini? Berikut adalah sebagian kecil hal-hal yang bisa kita lakukan di era pandemi seperti sekarang ini:

  1. Apresiasi Diri

Apa maksudnya apresiasi diri? Coba ingat kembali masa-masa sebelum pandemi. Apakah kita sudah rajin makan teratur? Apakah kita sudah rajin berolahraga? Apakah kita sudah rajin membaca? Apakah kita sudah rajin beribadah?

Bagi sebagian orang mungkin sudah berusaha menjalankan dengan baik. Namun, bagi sebagian orang lagi, ada juga yang masih merasa kesulitan untuk menjalankan hal- hal tersebut. Kemudian, di masa pandemi seperti sekarang inilah orang mulai berlomba- lomba untuk menjaga ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah-nya dengan baik. Orang mulai lebih berlomba untuk memperbanyak tilawah dan berdoa, makan teratur, minum multivitamin, atau sekadar berjemur di pagi hari. Orang mulai mengganti hobi nongkrongnya menjadi membaca, walaupun sekadar banyak membaca status di media sosial, namun semoga ada hikmah yang bisa diambil dari yang ia baca.

Banyak orang mulai sadar bahwa kesehatan itu sangatlah penting tatkala mereka sakit di tengah pandemi ini, padahal sebelumnya mereka rela berlelah hingga terlalu sering begadang tanpa memperhatikan kesehatannya. Banyak orang mulai sadar bahwa hidupnya selama ini kurang ibadah, karena sibuk dengan urusan dunia yang tak pernah ada habisnya. Banyak orang mulai sadar bahwa pentingnya berliterasi agar tak mudah mengambil informasi dengan serta merta, tanpa mencari kebenaran lagi.

Intinya, dengan adanya pandemi ini makin banyak orang yang semakin sadar diri bahwa diri sendiri butuh diapresiasi dengan pemenuhan hak diri. Tak perlu dengan hal- hal mewah seperti makan di restoran mahal atau dengan membeli barang bermerek, namun cukup dengan istirahat yang cukup, penuhi hak tubuh ketika lapar, apalagi hak hati untuk mendapatkan ketenangan dengan banyak menghadirkan diri pada Illahi.

  1. Bertegur Sapa

Kebaikan kecil yang kadang terabaikan adalah bertegur sapa. Saat bertemu ada kalanya kita terlalu sibuk dengan gadget masing-masing. Ketika pandemi seperti sekarang kita baru merasakan betapa bosannya ketika terlalu lama berada di rumah tanpa bertemu dengan orang lain atau rekan bahkan saudara kita. Sehingga, kita dipaksa bertegur sapa walau sekadar melalui video call untuk tahu kabar mereka dan mengubur kebosanan kita karena tak selamanya gadget menjadi hiburan yang betul-betul kita butuhkan dan bisa menggantikan posisi mereka.

Kita pun menjadi orang yang merindukan saat-saat bisa berkumpul dengan orang lain tanpa rasa takut dan curiga. Namun, dengan kemudahan teknologi Allah takdirkan kita untuk tetap bisa bertegur sapa walau jarak memisahkan, walau keadaan memaksa kita untuk tidak bertemu padahal kita bisa.

Tak perlu jauh kepada sanak saudara, teman, atau tetangga yang memang tak mesti tiap hari kita temui, bahkan dengan keluarga kita di rumah pun kadang kita susah untuk bertemu karena kesibukan aktifitas kerja kita. Pandemi ini menjadikan kita menjadi lebih dekat lagi untuk sering bertegur sapa dan menjaga keharmonisan dalam keluarga. Mengapa? Karena kita dipaksa untuk lebih banyak waktu di rumah dibanding di luar rumah.

Ayah yang jarang melihat anaknya bermain karena sibuk bekerja, kini bisa memiliki banyak waktu untuk mendampingi tumbuh kembang anaknya bahkan bisa mendampingi anaknya untuk mengaji bersama. Ibu yang biasanya sibuk bekerja karena keputusannya membantu sang suami dalam perekonomian keluarga, kini bisa banyak waktu untuk sekadar memasak makanan kesukaan anaknya di pagi hari yang mungkin biasanya dikerjakan oleh pembantu rumah tangganya. Bahkan orangtua yang biasanya tidak tahu bagaimana proses belajar anaknya di sekolah, kini bisa mendampingi anaknya belajar di tengah kesibukan urusan rumah tangganya.

Pandemi ini memang memberi banyak dampak positif dan negatif. Tentunya kita tak boleh terlalu lama untuk terkungkung dalam dampak negatifnya. Sebagai seorang yang berjiwa sosial kita tetap bisa terus berbagi dengan mereka yang membutuhkan, misal anak yatim piatu, orang-orang yang kekurangan dan lain sebagainya walau kita tidak bisa bertemu langsung dengan mereka karena sudah banyak sekali wadah yang menjembatani kita untuk bisa memberikan bantuan kita pada mereka secara online.

Jika kita belum bisa membantu dengan uang atau benda, kita tetap bisa membantu mereka dengan membagikan informasi terkait bagaimana orang lain bisa ikut membantu mereka. Bahkan paling minimal jika kita belum bisa membantu dengan semua itu, maka kita bisa bantu dengan doa tulus yang kita tujukan untuk mereka.

Pandemi ini memang terlihat menyesakkan, tapi mungkin ini menjadi ladang rezeki untuk sebagian orang. Pandemi ini mungkin terasa menyesakkan, tapi mungkin ini jalan kemudahan untuk banyak orang. Pandemi ini mungkin terasa membosankan, tapi mungkin ini kemudahan bagi mereka yang belum paham akan teknologi agar menjadi lebih paham teknologi.

Pandemi ini mungkin terasa memberatkan, tapi mungkin ini jalan hidayah untuk setiap pribadi agar terus menerus memperbaiki diri dan memperbanyak berdoa. Misalnya, para mahasiswa yang biasanya berlelah menunggu dosen untuk bimbingan, kini cukup melalui dunia virtual dengan membuat kesepakatan temu, kemudian waktu lainnya bisa ia gunakan untuk menuntut ilmu agama secara online juga. Murid yang mungkin sekian kilometer harus menempuh jarak ke sekolahnya, cukup melalui gadget sudah bisa belajar dengan gurunya dan mendapat ilmu asal penuh kesungguhan. Sungguh Allah sudah menjelaskan dalam Al Qur’an bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan.

Semoga Allah senantiasa menguatkan kita, mengokohkan hati kita, memudahkan kita, untuk terus istiqomah dalam melakukan kebaikan dalam segala kondisi. Semoga kita juga menjadi orang yang senantiasa bersyukur dan berpikir positif dengan segala yang diberikan Allah dengan hati yang ikhlas. Semoga kebaikan yang kita usahakan, Allah terima dan menjadi pemberat amal kebaikan untuk menggapai rahmat Allah, demi bisa menapaki surga-Nya. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin. Sungguh tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan dan kekuasaan Allah. Wallahu a’lam bishowab.

 

Penulis: Ana Wahyu Nurrohmah – Juara Harapan 1, Lomba Menulis “Kebaikan di Tengah Pandemi”

Copyright © 2001-2023 Yayasan Yay. Nurul Hayat Surabaya