BAHAGIANYA MERAYAKAN DAMPAK

BAHAGIANYA MERAYAKAN DAMPAK

Menjadi amil merupakan salah satu pekerjaan yang di notice  Allah dalam Al-Quran. Di Quran Surah At Taubah ayat 103, Allah menyampaikan tentang tugas amil, “mengambil zakat dari sebagian mereka”. Tapi, pada kenyataannya tugas amil bukan hanya pada proses pengambilan tapi juga bagaimana harta titipan muzakki sampai kepada mereka yang berhak menerima.

Diproses inilah letak bahagianya menjadi amil. Menjadi Amil itu profesi yang sungguh berharga bagi saya. Bagaimana tidak, kita menjadi orang yang paling tahu bagaimana Orang Kaya berterimakasih karena sudah diajak untuk bersedekah, diingatkan tentang harta titipan yang mereka punya dan dibantu untuk mengelolanya. Hal paling manisnya, mereka berucap “Terimakasih ya sudah diajak jadi donatur disini. Wasilah ikut program Orang Tua Asuh disini terasa sekali. Semua urusan seperti Allah lancarkan, rezeki seperti mengalir terus dan selalu ada saja jalan yang Allah beri kalau sedekahnya sudah ditunaikan. Alhamdulillah, semoga Allah mengijabah semua doamu dan selalu menjagamu karena sudah mau menjadi wasilah aku untuk bersedekah”. Dampak dari sedekah yang mereka rasakan sungguh membuat Bahagia.

Amil juga menjadi orang paling tahu bagaimana para mustahik berterimakasih karena sudah menyalurkan sedekah dari para muzakki. “Terimakasih ya bu, karena program Orang Tua Asuh ini, anak saya bisa terbantu uang sekolahnya dan bisa beli kebutuhan sekolah saat semesteran. Saya hanya buruh cuci, kalau bukan karena program ini saya pasti tidak sanggup untuk bayar spp nya. Karena uangnya untuk kebutuhan semua. Semoga ibu dan para donatur Allah mudahkan urusannya, Allah lancarkan rezekinya, Allah sehatkan dan berkahi selalu.” Berdoa dengan lirih dan tangis harunya. Doa tulus ini sungguh membuat hati menjadi hangat.

Menjadi amil bukan hanya tentang perolehan donasi lalu dibagikan, lebih dari sekedar itu. Hal bahagia lain yang saya rasakan menjadi amil adalah saat peyaluran program Qurban Masjid sepi Pengqurban. Program ini mengharuskan kami mengantar hewan Qurban ke daerah terpencil yang di daerah tersebut sepi Qurban. Ternyata daerah yang kami kunjungi adalah daerah yang tidak pernah menerima hewan Qurban sudah 4 tahun terakhir. Desa Dusun Aji, Kabupaten Karo. Desa yang seluruh warganya bekerja sebagai petani. Hasil tani hanya bisa menutupi kebutuhan rumah tangga, hingga warga disana belum mampu untuk membeli hewan Qurban.

Untuk sampai ke Desa tersebut kami harus jalan kaki dan turun ke bawah kaki bukit sejauh 2 kilometer. Setelah sampai disana ternyata rumah-rumah di desa masih berdindingkan anyaman bambu dan lantai tanah. Kami datang disambut dengan wajah sumringah dari warga disana. Terlihat betapa bahagianya mereka menyambut kami dan mereka akhirnya bisa kembali merasakan lezatnya daging hewan Qurban setelah 4 tahun tidak merasakannya. Seorang pemuka agama disana menghampiri kami dan berdoa dengan sangat tulus untuk kebaikan para muzakki dan amil yang menjadi wasilah tersampaikannya hewan Qurban ini.

Betapa bahagianya, kehadiran kami Tim Nurul Hayat sungguh menjadi obat kerinduan bagi mereka. Mengobati kerinduan merayakan Idul Adha bukan hanya sekedar hari raya belaka seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi hari raya kali ini ada makanan lezat yang siap di santap. Bahagia mereka sungguh menular.

Bahagia itu benar-benar berdampak. Bahagia para muzakki yang Allah titipkan rezeki hingga ia bisa bersedekah. Bahagia para mustahik yang telah terbantu atas kesulitannya. Dan Bahagia inilah yang menjadi penguat bagi para amil untuk terus berjuang agar setiap titipan harta terbaik para muzakki sampai kepada mereka yang berhak menerimanya.

Sebuah kata-kata bijak pernah saya dengar “Para amil, berjuanglah bermanis dibumi. Biarkan langit jadi saksi atas doa-doa mereka yang hartanya kamu bantu untuk disedekahkan dan atas doa-doa mereka yang sulit dan deritanya kamu bantu ringankan.”

Sungguh begitu Bahagia menjadi amil, hingga bahagianya berdampak, langkah kakinya tinggal menjadi jejak. Bahagianya merayakan dampak.

By: Jupita Rahmadani
Amil Laznas Nurul Hayat

Copyright © 2001-2023 Yayasan Yay. Nurul Hayat Surabaya