Kepada Teman dengan COVID-19 dan Penyintas

Kepada Teman dengan COVID-19 dan Penyintas

“Terima kasih, ya Mas. Sudah banyak membantu. Perasaan saya menjadi lega. Alhamdulillah,” sambil tersenyum penuh dengan harap, laki-laki muda di seberang line video call mengakhiri percakapan.

“Iya, sama-sama. Semoga lekas membaik. Jangan lupa istri diberi tahu dan dituntun cara melakukan terapinya. Ikhlas dan pasrahkan semua sama Gusti Allah. Pasti segera disembuhkan. Aamiin. Assalamu’alaikum.”

Saya pun selalu terharu bercampur bahagia setiap mengakhiri sesi telekonseling. Bukan karena ucapan terima kasih dari teman-teman yang sedang berjuang melawan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Melainkan melihat energi positif yang diekpresikan setelah telekonseling berakhir. There must be hope for survival and  recovery.

Telekonseling COVID-19

Adalah sebuah program tak berbayar yang dilakukan sebuah entitas peduli jiwa. Berupa konseling jarak jauh untuk membantu menguatkan kondisi psikologis teman- teman yang terpapar oleh Covid-19. Program telekonseling dilakukan selama 30 menit dengan para praktisioner di bidang Emotional Freedom Techniques (EFT) yang bersertifikat  ICEP  (International Community EFT Practitioner).

EFT merupakan tools (alat bantu/aid) universal yang digunakan di seluruh dunia oleh praktisi dalam profesi therapeutic dan masyarakat umum. Merupakan gabungan pendekatan timur (akupuntur) dan barat dalam ilmu psikologi. Tools yang meyakini bahwa permasalahan emosi adalah akibat ketidakseimbangan sistem energi di  dalam tubuh manusia.

Mengapa Saya Bergabung dalam Program Ini?

Sedikit cerita, butuh perjalanan panjang bagi saya untuk menjadi seorang  praktisioner EFT bahkan untuk mengenal ilmu jiwa. Saya berjuang untuk sembuh dari depresi, gangguan bipolar, dan gangguan kepribadian histrionik sejak Agustus 2019. Berkaca dari apa yang saya alami, mental illness, menjadikan saya lebih peduli dengan kesehatan mental.

Terus melakukan konseling dengan psikolog, psikiater, dan konselor membuat saya pada akhirnya dipahamkan Tuhan agar mau untuk mengerti tentang ilmu jiwa, khususnya kejiwaan saya. Di bulan Juni 2020, salah satu teman saya yang juga seorang konselor jiwa, mengajak saya untuk mengambil sertifikasi Hypnotherapy dan Praktisi Terapi dan alhamdulillah saya dinyatakan lulus. Tuhan pun berkehendak,  saya terlibat sebagai salah satu praktisi   di Telekonseling for COVID-19.

Kondisi Kejiwaan Pasien COVID-19

 “Mas, saya itu bingung, cemas, sedih, takut, karena istri saya yang lagi hamil delapan bulan juga lagi dirawat di sini, Mas?” Ujarnya sambil sesekali menahan sesak napas dan batuk.

Tercatat percakapan di atas, saya lakukan pada hari Jum’at, tanggal 9 Juli 2021, pukul 15.44 WIB. Bersama seorang pasien reinfeksi Covid-19, yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.

Cerita di atas hanya salah satu dari sekian banyak cerita dari teman-teman dengan Covid-19 selama saya menangani telekonseling. Lain halnya dengan salah satu teman dengan COVID-19 lainnya, berusia 22 tahun, mengalami saturasi yang terus menurun,  dan detak jantung yang tak tentu. Selain mengalami obesitas, teman dengan Covid-19 ini juga kehilangan nenek dan ibunya. Bahkan hanya berselang dalam hitungan hari. Dan masih banyak cerita lain yang menguras empati.

Dampak psikologis yang ditimbulkan oleh Coronavirus-19 memang luar biasa.  Berita tentang kematian, banyak saudara yang terpapar virus, hoax atau berita bohong yang berseliweran di media sosial dan lewat aplikasi pesan semakin membuat teman- teman dengan COVID-19 semakin memburuk kondisi kesehatannya. Stres dan kecemasan yang berlebihan. Dengan Telekonseling EFT, saya dan teman-teman praktisi dengan hati akan mendengar keluhan teman-teman dengan COVID-19 dan menjadi sahabat di tengah kecemasan dan perasaan negatif lainnya.

Setelah mereka curhat tentang apa yang mereka rasakan secara fisik dan jiwa, kami akan melakukan tapping EFT. Tapping EFT adalah sebuah ikhtiar untuk menyeimbangkan kembali energi yang tidak lancar di dalam tubuh kita sehingga menyebabkan emosi negatif. Terapi ini dilakukan dengan cara mengetuk beberapa titik pada bagian tubuh kita dengan dua jari kita sambil memberikan sugesti positif.

Di awal dan pada akhir sesi terapi, praktisi akan menanyakan tingkat kecemasan, kekhawatiran atau pikiran negatifnya dengan skala nilai. Jika nol maka keadaan pasien baik-baik saja. Jika skala semakin naik hingga di angka sepuluh maka dapat disimpulkan pasien dalam keadaan sangat tidak baik. Alhamdulillah, dari sekian banyak teman-teman dengan COVID-19 maupun para penyintas yang ikut terapi, semua dapat merasakan gangguan psikologis yang terus menurun.

Apakah cukup cukup dilakukan satu kali konseling? Tentu tidak. Kita akan tetap berkabar di lain hari. Kembali bercerita tentang apa yang dialami. Dan hal yang paling membuat kami bahagia adalah mendapat kabar jika mereka sudah negatif. Alhamdulillah ‘ala kulli hal …

Dalam keterbatasan saya, setidaknya masih bisa bermanfaat untuk teman-teman  yang lain. Belajar menyembuhkan diri sendiri dengan membantu kesembuhan orang lain adalah hal terindah dan salah satu wujud syukur kepada Allah SWT.

Dan ketika saya tuliskan essai ini … saya pun tengah berjuang untuk pulih dari COVID-19.

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap sakit adalah terbukanya satu pintu penggugur dosa.

 

 

Penulis: Lilik Kurniawan – Juara 2 Lomba Menulis “Kebaikan di Tengah Pandemi”

Copyright © 2001-2023 Yayasan Yay. Nurul Hayat Surabaya