Inspirasi Sedekah dari Mbah Suyati

Inspirasi Sedekah dari Mbah Suyati

Ibu Suyati atau Mbah Yati,  sosok berusia lanjut yang bila ditanya berapa umurnya, beliau mengaku tidak tahu, karena memang tidak ingat tahun berapa beliau dilahirkan. Meski lanjut usia, Mbah Yati ini termasuk orang yang selalu aktif berkegiatan setiap harinya.

Pagi hari setelah subuh, beliau selalu dijemput tukang ojek untuk berdagang. Mbah Suyati memang kesehariannya berdagang di pasar yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Barang yang beliau jual adalah pisang, ayam atau yang lainnya. Pukul 9 pagi biasanya beliau sudah sampai kembali di rumahnya untuk melakukan aktivitas lainnya.

Sosok ini menjadi inspirasi karena di tengah kesederhanaannya, beliau selalu menyisihkan sebagian rezekinya untuk sedekah. Bahkan beliau beberapa waktu lalu bersedekah 50 juta rupiah melalui Nurul Hayat Semarang.

MasyaAllah. Mbah Suyati memang dikenal sebagai sosok yang sangat baik. Beliau merasa di sisa usianya harus lebih banyak mencari keridhoan Allah. Haji dan umroh sudah beliau jalani. Hanya satu keinginannya yang belum terlaksana yaitu bersedekah jariyah. Beliau mengakui butuh bekal untuk akhirat nanti.

Ada kebingungan saat beliau mau bersedekah jariyah karena di lingkungan tempat tinggalnya banyak masjid dan mushola yang sudah berdiri dengan megah dan bagus. Oleh karena itu, beliau minta pendapat dari putri sulungnya kemana sebaiknya bersedekah jariyah.

Qodarullah, putri sulung beliau yang bernama Mbak Eny, sudah lama menjadi donatur setia di Nurul Hayat. Akhirnya disarankanlah sang Ibunda untuk bersedekah melalui Nurul Hayat yang memiliki banyak program kemanusiaan dengan lebih banyak manfaat bagi yang membutuhkan.  Tidak butuh waktu lama, Mbah Suyati langsung mentransfer 50 juta rupiah melalui putrinya untuk Program Sumur Bor, wakaf Al Qur’an dan Pesantren Khairunnas.

Beliau terlihat sangat sumringah ketika tim Nurul Hayat berkunjung ke rumahnya. Ada kelegaan tersendiri saat bisa melaksanakan niatnya bersedekah jariyah.

Copyright © 2001-2023 Yayasan Yay. Nurul Hayat Surabaya