Kisah Nabi Muhammad dan Satu Butir Gandum

Kisah Nabi SAW dan satu butir Gandum – Ibnu Abi Hatim meriwayatkan suatu kisah dari Ibnu Abi Thalihah dan Ibnu abbas. Diceritakan Rasulullah SAW suatu hari pernah mengalami kesulitan. Sebab, kaum muslimin sangat sering bertanya kepada beliau.

Untuk meringankan beban itu, maka Allah SWT menurunkan watju-Nya. yakni dalam surat Al-Mujadalah [22] ayat 12. Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman ! apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang yang tidak mampu) sebelum kalian melakukan pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih. Tetapi jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sungguh, Allah maha pengampun, maha penyayang.” 

Baca Juga : 5 Keutamaan Silahturahmi dalam Islam

Sejak saat itu, kaum muslimin musti terlebih dahulu mengeluarkan sedekah kepada orang yang tidak mampu sebelum berkesempatan menjumpai Nabi SAW dan mengajukan pertanyaan. Bagaimanapun nabi Muhammad SAW tidak ingin memberatkan umatnya . Maka beliau, meminta pendapat Ali Bin Abi Thalib tentang berapakah besaran sedekah itu yang kiranya tidak memberatkan kaum muslimin.

“Bagaimana pendapat mu tentang sedekah 1 dinar?”

Ali pun menjawab, “Mereka (para sahabat nabi) tidak akan sanggup memenuhinya.

“Bagaimana dengan setengah dinar?” tanya Nabi Muhammad SAW lagi.

“Mereka juga tidak akan sanggup” jawab keponakan beliau itu.

Baca Juga : Bangku untuk Santri Penghafal Al Qur’an

“Kalau begitu, berapa seharusnya?”

“Satu butir Gandum”

“Engkau sungguh seorang yang tidak punya apa-apa” ujar nabi.

Maka turunlah ayat berikut ini, yakni surat Al-Mujadalah [22] ayat 13, yang artinya :

” Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum (melakukan) pembicaraan dengan rasul? tetapi jika kamu tidak melakukannya dan allah telah memberikan ampun kepadamu, maka laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat, serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya ! Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan !”.

jadilah satu butir gandum itu menjadi ukuran sedekah yang diusulkan oleh Ali kepada Nabi Muhammad.

Qadirun ‘alal Kasbi

Qadiran 'alal kasbi

Qadirun ‘alal Kasbi – salah satu dari sepuluh muwashofat tarbiyah yang wajib dimiliki oleh seorang muslim. Muwashofat merupakan sifat-sifat khusus yang semestinya ada pada diri seseorang muslim, sehingga dengan diterapkannya Muswashofat akan menguatkan pilar pilar pondasi karakter seorang muslim dalam berbagai hal. Sebagaimana yang akan dijelaskan oleh Ustad Syatori Abdurrauf, mengenai urgensi qadirun ‘alal kasbi dalam diri seorang muslim.

Ustadz Syatori menjelaskan, makna dari Qadirun ‘alal Kasbi , Qadir artinya mampu sedangkan ‘alal kasbi artinya melakukan kasab. sehingga dapat diartikan bahwa Qadirun ‘alal Kasbi adalah kemampuan dalam melakukan kasab. Kasab memiliki pengertian, usaha mendapatkan uang , yakni usaha yang boleh dilakukan (halal) dan usaha yang tidak boleh dilakukan (haram).

Setiap muslim mempunyai urgensi mengenai Qadirun ‘alal kasbi  untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang sesuai ditunjukan kepada kita sebagai hamba Allah dan Khalifah Allah. Sesungguhnya menjadi’abdun adalah keniscayaan yang bernilai mutlak bagi manusia . Sehingga apapun yang kita lakukan didunia sesuai dengan apa yang kita lakukan sebagai hamba nya. Yang sudah tercantum dalam ayat berikut ini didalam surat Adz-dzariyaat ayat 56 yang artinya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”.

Maka jika kita menyalahi aturan Allah maka kita tidak mengikuti tuntunan sebagai ‘abdun (hamba Allah). Lantas, bagaimana tugas kita sebagai khalifah dibumi, Maka ustadz Syatori menjawab Hendaknya kita meniscayakan sebagai khalifah Allah dibumi. Kata khalifah artinya sebagai pengganti Allah dibumi. Sehingga apapun yang kita lakukan dibumi itu hanya sebagai perwakilan Allah saja.

Seperti yang tercantum dalam ayat berikut ini

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Yang artinya : Dan ingatlah tuhan mu berfirman kepada para malaikat; “Sesungguhnya aku ingin menjadikan serang khalifah dimuka bumi”. Lalu mereka berkata; “Mengapa engkau menjadikan khalifah dimuka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan mensucikan engkau”. Lalu Allah berfirman “sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”  (Al- Baqarah ayat 30)

Baca Juga : Kaki Palsu untuk Ibu Sutik

Peran kita sebagai khalifah dibumi hendaknya menabung kebaikan sebanyak-banyaknya untuk dijadikan bekal kita kelak diakhirat. Tugas tersebut bisa kita lakukan dengan optimal untuk meningkatkan hubungan dan kedekatan dengan Allah, dan juga kepada manusia. Karena sebagai khalifah pasti juga membutuhkan suatu usaha atau sesuatu untuk berikhtiar secara mandiri dalam rangka menebarkan manfaat bagi sesama atas hasil jerih payah yang diusahakannya sendiri. Mutlak bagi seorang khalifah untuk mampu melakukan hal tersebut, sehingga sifat dari qadirun ‘alal kasbi ini sangat penting dimiliki oleh seorang muslim.

Ustad Syatori menyarankan, untuk menguatkan karakter qadirun ‘alal kasbi dalam diri seorang muslim hendaknya harus diawali dengan kemauan yang kuat dan berasal dari sumber yang halal pastinya. Pasalnya, kemampuan adalah kemauan pada diri seseorang yang membuat dirinya menjadi mampu. Sehingga, kemauan itu lebih dari sekedar kemampuan yang dimiliki oleh orang yang tidak memiliki kemauan. Semoga Allah senantiasa menuntun hati-hati kita.

Bantu  Hasna Sembuh dari Lumpuh

Bantu Hasna Sembuh dari Lumpuh

Hasna Soraya berusia 6 tahun. Ia adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayahnya bernama Pak Hasan. Sehari-hari Pak Hasan mencari nafkah dengan menjadi seorang penjual papeda keliling. Ibunda Hasna bernama Bu Dewi. Beliau adalah seorang buruh cuci yang kehidupan sehari-harinya sangat minim pemasukan, apalagi semenjak pandemi.

Hasna kini tengah diuji sakit. Sakit yang dialaminya, berawal pada tahun 2021 lalu. Saat sedang bermain  Hasna terjatuh. Satu pekan setelah jatuh, ia mengalami lumpuh. Seiring berjalannya waktu, tepatnya delapan bulan kemudian, alhamdulillah Hasna sembuh, meskipun kondisinya belum 100 %. Namun empat bulan lalu, kejadian yang dialami  Hasna terjadi lagi. Saat sedang bermain, ia kembali terjatuh. Sakit lumpuh yang ia alami sebelumnya,  kambuh. Kali ini lebih parah dari yang sebelumnya.

Hasna kemudian dibawa ke rumah sakit. Hasil diagnosa dokter, ia terkena penyakit miningitis. Ia dirawat selama delapan hari di RS Umum Ngawi. Biaya pengobatan selama delapan hari mencapai hampir 10 juta rupiah. Hasna belum punya BPJS. Saat ini BPJS-nya masih dalam proses. Untuk memenuhi kebutuhan biaya berobat, kedua orangtua Hasna, berhutang kepada tetangga dan orang yang dikenal.

Melihat apa yang dialami oleh Hasna, Laznas Nurul Hayat Madiun bergerak menyalurkan bantuan. Alhamdulillah, bantuan biaya berobat tahap pertama untuk Hasna telah disalurkan. Saat ini Hasna masih dalam proses pengobatan secara intens dengan salah satu dokter di Ngawi. Mohon doanya semoga Hasna bisa segera berlanjut pengobatan syaraf ke Solo dan bisa segera sehat kembali.

Terima kasih Sahabat Sejuk Nurul Hayat.

Meningkatkan Empati Melalui Kegiatan Zakat

Meningkatkan Empati

Meningkatkan Empati melalui kegiatan Zakat – Menjelang akhir ramadhan ada satu ibadah yang harus dijalankan oleh umat muslim yaitu membayar zakat. Ada dua macam zakat yang harus dibayarkan oleh umat islam yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah diberikn berupa bahan pokok makanan sedangkan zakat maal berupa harta benda.

Menurut bahasa, zakat berarti membersihkan atau mensucikan diri. Sedangkan menurut syariah, zakat artinya sebagian harta yang wajib diserahkan pada orang-orang tertentu.

Sebagaimana firman Allah dalam surah At Taubah 103 :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Adapun golongan penerima zakat ini ada 8 sebagaimana disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 60 yakni fakir, miskin, mualaf, orang yang terlilit hutang, fii sabilillah, memerdekakan budah, orang dalam perjalanan, dan amil zakat.

Tidak hanya zakat, di bulan Ramadan umat Islam juga banyak yang memberikan infaq dan shodaqoh.

Adapun perbedaan antara zakat,  infaq dan shodaqoh adalah pada hukum dan waktunya.  Jika zakat hukumnya wajib,   infaq dan shodaqoh sunnah.
Zakat dilaksanakan sebelum Idul Fitri sedangkan infaq dan shodaqoh bisa kapan saja.

Ada banyak hikmah dari memberikan zakat, infaq dan shadaqoh diantara nya adalah :

  1. Mengurangi kesenjangan sosial
  2. Membersihkan dan mengikis akhlaq yang buruk.
  3. Mengembankan potensi umat
  4. Sebagai sarana untuk membersihkan harta
  5. Sebagai wujud rasa syukur atas nikmat Allah SWT
  6. Sebagai dukungan moral kepada mualaf.
  7. Memberikan ketentraman hati
  8. Meningkatkan empati

Baca Juga : Bangku untuk Santri Penghafal Al Qur’an

Penyaluran zakat,  infaq dan shodaqoh bisa dilakukan disekolah maupun disekitar dilaksanakan pada hari dan tanggal yang sudah ditentukan .
Penyaluran dilaksanakan oleh Bapak Ibu guru yang bertugas dengan dibantu sekitar 15 anggota BDP. Semua begitu bersemangat. Tentu saja,   kegiatan keagamaan kembali dilaksanakan setelah selama dua tahun terhenti karena pandemi.

Dalam pelaksanaannya panitia zakat ini telah menerima sumbangan zakat dari masyarakat sejak awal Ramadhan. Jadi pada hakekatnya zakat  berasal dari masyarakat dan akan disalurkan kembali pada warga sekitar yang berhak menerima zakat. Pemandangan yang indah saat masyarakat memberikan zakat kepada orang disekitar yang lebih membutuhkan. Salah satunya adalah meninggkatkan rasa empati kepada sesama.

Harapan ledepannya melalui zakat ini kepekaan dan kepedulian masyarakat kepada sesama semakin terasah. sehingga pada akhirnya masyarakat disekitar bisa menjadi manusia yang cerdas tidak hanya ccerdas secara spiritual tapi juga hanya cerdas secara sosial.

Baca Juga : Renovasi Aula Pesantren Sabilul Muttaqien

Copyright © 2001-2023 Yayasan Yay. Nurul Hayat Surabaya