Sahabat yang Membawamu ke Surga

Sahabat yang Membawamu ke Surga

Sahabat yang Membawamu ke Surga – Memiliki sahabat yang baik, sahabat yang senantiasa menunjukkan ke jalan Allah SWT, sahabat yang senantiasa mengingatkan kepada kebaikan dan manfaat adalah sebuah keharusan. Sahabat yang baik tidak hanya memberikan manfaat di dunia tetapi memberi manfaat di akhirat.

Diriwayatkan bahwa apabila penghuni surga telah masuk ke dalam surga, lalu mereka tidak menemukan sabahat-sahabat yang selalu bersama mereka dahulu di dunia, maka bertanyalah mereka tentang sahabat-sahabat itu kepada Allah SWT.

”Ya Rabb, kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia sholat bersama dengan kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami.”  Maka Allah berfirman, ”Pergilah ke neraka, lalu keluarkan sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada iman walaupun hanya sebesar zarah.” (HR Ibnul Mubarak, dalam kitab Az Zuhd).

Sahabat yang Membawamu ke Surga – Mencari sahabat janganlah berdasarkan kepentingan semata yang sesaat, tetapi demi kemaslahatan bersama yang abadi, maslahat di dunia, terlebih maslahat dan manfaat di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, dari Abu Musa ra berkata, ”Perumpamaan kawan yang baik dan yang jelek bagaikan pembawa misik (minyak wangi) dengan peniup api tukang besi, maka yang membawa misik adakalanya memberimu atau engkau membeli padanya, atau mendapat bau harum daripadanya. Adapun peniup api tukang besi, jika tidak membakar bajumu atau engkau mendapat bau yang busuk dari padanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sementara  Imam Syafi’i berkata, “Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskan. Karena mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali.

Al Hasan Al Bashri berkata, “Perbanyaklah sahabat-sahabat mukminmu, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.” Sementara Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada sahabat-sahabatnya sambil menangis, ”Jika kalian tidak menemukan aku di surga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada Allah tentang aku, ‘Wahai Rabb kami, hamba-Mu fulan sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau. Maka masukanlah dia bersama kami di surga-Mu.”

untuk itu, dalam bersahabat, pilihlah mereka yang bisa membantu kita, bukan hanya ikatan di dunia tetapi juga hingga akhirat.

Carilah sahabat-sahabat yang senantiasa berbuat amal soleh yang salat berjamaah, berpuasa dan senantiasa berpesan agar meningkatkan keimanan, serta berjuang untuk menegakkan agama Islam. Carilah teman yang mengajak ke majelis ilmu, mengajak berbuat kebaikan, bersama, serta selalu berpesan dengan kebenaran.

Memang banyak teman yang kita punya, seperti teman urusan niaga, pekerjaan, atau teman nonton bola. Ada juga teman memancing, teman bershopping, teman Facebook untuk bercerita hal politik, teman WhatsApp untuk menceritakan hal dunia. Namun itu semunya akan berpisah pada garis kematian dan masing-masing hanya akan membawa diri sendiri.

Akan berbeda dengan teman yang bertakwa dan rajin beribadah, akan mencari kita untuk bersama ke surga. Simaklah diri, apakah ada teman yang seperti ini dalam kehidupan kita atau mungkin yang ada lebih buruk dari kita? Ayo… berubah sekarang, kurangi waktu dengan teman yang hanya condong pada dunia.

Carilah teman yang membawa kita bersama ke surga, karena kita tidak bisa mengharapkan pahala ibadah kita saja untuk masuk surganya Allah. Perbanyaklah ikhtiar, semoga satu darinya akan tersangkut dan membawa kita ke pintu surga. Al-Hasan Al-Bashri berkata:”Perbanyak lah sahabat-sahabat mukminmu karena mereka memiliki syafa’at pada hari kiamat.” Jika tidak, mulai lah hari ini mencari teman ke surga sebagai suatu misi pribadi.

Kajian Dalam Momen Peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ

Kajian Dalam Momen Peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ

Maulid Nabi Muhammad ﷺ –  Alhamdulillah, pada momen Maulid Nabi Besar Muhammad ﷺ  beberapa waktu yang lalu (19/10), Lembaga Amil Zakat Nasional Nurul Hayat Madiun mengadakan kajian keislaman untuk meningkatkan tsaqofah dan keimanan. Kajian ini diadakan di masjid Nurul Hayat Madiun dan  diikuti secara offline khusus untuk santri khidmat Nurul Hayat Madiun  (para staff) serta para santri pesantren Khairunnas. Sementara untuk jamaah umum, tetap bisa mengikuti kajian ini secara online.

Dalam acara ini, para santri khidmat dan santri pesantren Khairunnas tampak menyimak kajian dengan penuh antusias. Kompak mengenakan pakaian berwarna putih, mereka mendengarkan seluruh pemaparan yang disampaikan oleh pemateri dengan penuh khidmat. Ustadz Ustman Hadi selaku pemateri dalam kajian ini, dalam salah satu materinya menyampaikan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ diperbolehkan selama di sana penuh dengan kebaikan dan tidak ada unsur kemaksiatan serta kemubadziran.

Alhamdulillah, acara kajian ini berlangsung dengan lancar hingga akhir. Semoga dengan momen peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad ﷺ ini kita semakin mencintai Rasulullah ﷺ. Semakin taat dalam beribadah, dan bisa dalam mengikuti sunnah-sunnah Beliau. Aaamiin ya Rabbal Alamiin..

zakatkita.org | #TempatBerinfak . #Sosial #Dakwah #Laz #LaznasNH #NurulHayat #NH #ZakatKita #Madiun #Ngawi #Magetan #Ponorogo #Caruban

Saling Menasehati Sesama Muslim

Saling Menasehati Sesama Muslim

Saling Menasehati Sesama Muslim – Menasihati seorang Muslim adalah wujud dari kecintaan dan rasa peduli. Nasihat ditujukan untuk menjauhkan sahabat Muslim yang bersangkutan agar dapat keluar dari kebuntuan dan tidak keluar dari batas-batas syariat agama. Saling menasihati antarsesama Muslim juga merupakan anjuran baik yang termasuk dalam ibadah. Dakwah dengan nasihat itu dimaksudkan semata-mata karena rasa peduli dan dilandasi dengan niat karena Allah SWT.

Saling Menasehati Sesama Muslim – Orang-orang yang tidak merugi sebagaimana disebutkan dalam surat Al ‘Ashr adalah orang yang beriman, beramal shaleh serta saling menasehati untuk kebenaran dan kesabaran. Dalam Al Qur’an, selain menasehati digunakan juga istilah memberi peringatan. Disebutkan dalam surat Adz Dzariyat ayat 55 yang artinya, “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.”

Memberi nasehat atau mengingatkan bukanlah suatu hal yang mudah. Menurut Tafsir Ibnu Katsir, surat Adz Dzariyat ayat 55 merupakan hiburan dari Allah Swt untuk Nabi Muhammad Saw agar tetap memberi peringatan. Pada ayat sebelumnya, ayat 52, Allah Swt menyampaikan bahwa tidak ada Rasul yang bebas dari tanggapan negatif kaum yang didatanginya, antara lain disebut sebagai tukang sihir atau orang gila. Namun tanggapan tersebut tak boleh menyurutkan semangat untuk memberi peringatan, karena bagi orang yang beriman, peringatan itu pasti memberi manfaat.

Zaman sekarang tak jauh beda, ketika ada orang menasehati atau mengingatkan, respon orang juga bisa negatif, bahkan kadang terasa menyakitkan. Sekadar contoh, ketika ada yang mengingatkan, “Jangan korupsi!” ada saja yang malah menanggapi, “Tidak usah munafik lah, memang kamu sendiri tidak perlu uang?”

Sindiran-sindiran sok alim, atau ungkapan  (bisa ngajar ora bisa nglakoni, bisa mengajari tidak bisa menjalani) tak jarang harus diterima oleh orang yang mengingatkan atau menasehati. Sehingga akhirnya semakin sedikit orang yang mau menasehati dan mengingatkan. “Dinasehati juga percuma, tidak akan berubah, nanti malah jadi ribut!” atau, “Mau mengingatkan tidak enak, nanti dikira kita iri.” Begitu beberapa dalih orang yang enggan mengingatkan saat orang di lingkungannya berbuat kesalahan.

Harus diingat bahwa Nabi Muhammad Saw saja, yang semula mendapat julukan Al Amin, ganti disebut tukang sihir dan orang gila saat mengingatkan, apalagi kita yang hanya manusia biasa.

Selain surat Adz Dzariyat ayat 55 untuk menjadi pendorong semangat dalam mengingatkan dan menasehati, banyak hadits yang juga bisa menambah motivasi. Antara lain yang berasal dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya,  “Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR Muslim no. 4831 disahihkan oleh ijma’ Ulama).

Ketahuilah bahwa orang yang memerintahkan pada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar termasuk mujahid di jalan Allah. Jika dirinya disakiti atau hartanya dizholimi, hendaklah ia bersabar dan mengharap pahala di sisi Allah. Sebagaimana hal inilah yang harus dilakukan seorang mujahid pada jiwa dan hartanya. Hendaklah ia melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam rangka ibadah dan taat kepada Allah serta mengharap keselamatan dari siksa Allah, juga ingin menjadikan orang lain baik.

Manusia hanya diwajibkan untuk berusaha, termasuk menasehati dan mengingatkan orang lain. Manusia tidak diwajibkan untuk berhasil, bagaimanapun hidayah tetap merupakan rahadia Allah. Wallahu a’lam

Keutamaan Sedekah Secara Sembunyi-Sembunyi

Keutamaan Sedekah Secara Sembunyi-Sembunyi

Keutamaan Sedekah Secara Sembunyi-Sembunyi – Hal yang paling mudah dilakukan manusia untuk mendapatkan pahala adalah dengan bersedekah. Bahkan, memberi senyum kepada orang lain secara ikhlas merupakan sedekah yang membawa berkah tanpa harus mengeluarkan uang sepersen pun. Allah SWT tentu tidak suka dengan orang yang riya atau pamer. Makanya, bersedekah dapat dilakukan secara diam-diam atau bersifat rahasia

Rahasiakanlah sedekah kita. Menyembunyikan sedekah lebih utama daripada terang-terangan kecuali sedekah yang wajib. Menyembunyikan ini lebih dekat pada keikhlasan.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 271).

Baca Juga: Sedekah subuh online cepat dan mudah

Keutamaan Sedekah Secara Sembunyi-Sembunyi – Syaikh As Sa’di ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “Jika sedekah tersebut ditampakkan dengan tetap niatan untuk meraih wajah Allah, maka itu baik. Dan seperti itu sudah mencapai maksud bersedekah. Namun jika dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka itu lebih baik. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi lebih utama daripada dilakukan secara terang-terangan. Namun jika tidak sampai bersedekah karena ia maksud sembunyikan, maka tetap menyampaikan sedekah tadi secara terang-terangan itu lebih baik. Jadi semuanya dilakukan dengan kembali melihat maslahat.”

Kata Ibnu Katsir berkata bahwa tetap bersedekah dengan sembunyi-sembunyi itu lebih afdhol karena berdasarkan hadits,

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata,

1- Imam (pemimpin) yang adil.

2- Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.

3- Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.

4- Dua orang yang saling mencintai karena Allah, di mana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.

5- Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan, “Sungguh aku takut kepada Allah.”

6- Seseorang yang bersedekah lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.

7- Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.” (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031).

Baca Juga: Cara menghitung zakat mal yang praktis

Hadits di atas menunjukkan bahwa keutamaan sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Para ulama mengatakan bahwa inilah yang berlaku pada sedekah sunnah, secara sembunyi-sembunyi itu lebih utama. Cara seperti itu lebih dekat pada ikhlas dan jauh dari riya’. Adapun zakat wajib, dilakukan secara terang-terangan itu lebih afdhol. Demikian pula shalat, shalat wajib dilakukan terang-terangan, sedangkan shalat sunnah lebih afdhol sembunyi-sembunyi karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.”

Para ulama katakan bahwa penyebutan tangan dan kiri di sini hanyalah ibarat yang menggambarkan sedekahnya benar-benar dilakukan secara diam-diam. Tangan kanan dan kiri, kita tahu begitu dekat dan selalu bersama. Ini ibarat bahwa sedekah tersebut dilakuan secara sembunyi-sembunyi. Demikian kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim.

Sedekah Online

sedekah makin mudah bisa via online dari rumah. Klik saja zakatkita.org.

klik zakatkitaorg

Membiasakan Diri Untuk Bersedekah

Membiasakan Diri Untuk Bersedekah

Membiasakan Diri Untuk Bersedekah – Sahabat,Pernah gak sih kita mengalami hal berikut ini, berniat untuk bersedekah akan tetapi akhirya gak jadi karena uangnya terpakai untuk kebutuhan yang lain atau berniat sedekah namun karena tertunda akhirnya kita lupa. Mungkin kita semua sering mengalaminya, sekali, dua kali bahkan berkali-kali. Mengapa hal demikian terjadi? Jangan-jangan motivasi kita untuk bersedekah kurang.

Membiasakan diri bersedekah merupakan sikap terpuji. Tidak semua orang mampu melakukannya. Diperlukan latihan agar menjadi perilaku keseharian dan membentuk sikap mental dermawan. Ketika sudah terbangun sikap dermawan dalam diri seseorang, ia akan senantiasa berupaya memberikan apa yang bisa diberi setiap harinya. Hidupnya selalu optimistis. Yakin bahwa apa yang diberikan, hakikatnya bukan berkurang, justru bertambah.

Membiasakan Diri Untuk Bersedekah – Kita semua mungkin mengetahui bahwa ketika seorang mukmin meniatkan sesuatu yang baik, akan tetapi tidak mampu melaksanakannya maka hal tersebut akan dicatat sebagai kebaikan baginya. Akan tetapi, sebaiknya ketika kita meniatkan sesuatu maka harus segera dilaksanakan, agar tidak lupa dan sesuatu yang dapat menghalangi pekerjaan atau amalan tersebut datang.

Sedekah merupakan salah satu amalan yang dianjurkan untuk disegerakan, ketika kita berniat maka saat itu juga kita harus segera menunaikannya. Rasulullah saw. mencontohkan demikian, disebutkan bahwa ketika rasulullah memiliki emas maka beliau tidak pernah membiarkan sebatang emasnya bermalam di rumah. Ketika Rasulullah memiliki emas, maka rasul akan segera membagikannya kepada yang membutuhkan.

Ketika kita berniat untuk bersedekah, maka segeralah untuk menunaikannya. Sebab ketika kita menundanya bisa jadi motivasi untuk bersedekahpun menghilang. Selain itu, alasan kita agar menyegerakan sedekah karena kelak akan ada suatu masa dimana orang akan kesulitan mendapatkan orang yang mau sedekah.

Membiasakan Diri Untuk Bersedekah – Sungguh mulia orang yang menjadikan kebiasaan bersedekah sebagai jalan hidupnya. Bahkan Allah memelihara pahala orang yang bersedekah, Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang bersedekah dengan sesuatu yang senilai dengan sebutir kurma dari usaha yang halal, sedangkan Allah tidaklah menerima kecuali yang thayyib (yang baik), maka Allah akan menerima sedekahnya dengan tangan kanan-Nya kemudian mengembangkannya untuk pemiliknya seperti seorang di antara kalian membesarkan kuda kecilnya hingga sedekah tersebut menjadi besar seperti gunung.” (HR. Bukhari, no. 1410 dan Muslim, no. 1014).

Sedekah merupakan salah satu amalan yang perlu dilatih agar kita mampu konsisten dalam menunaikannya, berikut adalah tiga cara untuk melatih diri agar rajin sedekah.

  1. Menjadikan sedekah sebagai rutinitas

Cara pertama yang bisa dilakukan untuk melatih diri agar rajin bersedekah adalah dengan merutinkannya, dalam melatih diri sahabat bisa mencobanya dalam tiga minggu berturut-turut.

Berdasarkan penelitian, sebuah kebiasaan atau habit akan terbentuk setelah proses pengulangan sepanjang 21 hari. Nah disini sahabat bisa memulainya dengan cara mencoba menyisihkan uang sebanyak 5000 selama 21 hari, kemudian uang tersebut dihimpan dan diberikan kepada orang yang membutuhkan atau lembaga sosial.

  1. Berbagilah tanpa harus menunggu banyak rezeki

Konsep banyak rezeki sebenarnya adalah konsep yang sangat bias. Kita tidak pernah tahu, kapan dan apa standartnya seseorang dikatakan banyak memiliki rezeki. Orang-orang yang dianggap oleh dunia sebagai orang terkaya pun kadang masih merasa dirinya belum begitu kaya. Ini menunjukkan bahwa manusia sampai kapanpun tidak akan pernah puas dan tidak akan pernah berada pada titik pencapaian.

Cobalah untuk berbagi saat sahabat memiliki rezeki. Ada banyak sekali manfaat dari berbagi. Sedikit atau banyak, tidak perlu sahabat khawatirkan. Allah tidak pernah menilai sedekah atau sikap berbagi seseorang dari banyak atau sedikitnya. Terkadang yang sedikit di mata kita sangat berarti di mata orang lain. Tentu balasannya dari Allah pun akan berkali lipat.

Misalnya, kalau sahabat memiliki gaji bulanan, maka sisihkan sedikitnya untuk berbagi pada orang lain yang membutuhkan. Atau jika sahabat seorang freelancer dan mendapat fee yang cair dari seorang klien, jangan lupa sisihkan juga sebagiannya untuk bersedekah.

Ingat, bukan besar atau kecilnya, tapi kebiasaan kita berbagi dengan ikhlas dan tulus. Semakin banyak rezeki yang kita terima, akan semakin sulit kita untuk berbagi jika kebiasaan tersebut tidak pernah kita pupuk sejak dini.

  1. Berbagi dengan apa yang kamu miliki saat ini

Apakah berbagi harus dengan uang? Tentu saja jawabannya tidak. Ada banyak cara berbagi yang bisa sahabat lakukan lewat apa yang dimiliki saat ini. Misalnya jika sahabat memiliki banyak baju layak pakai, mainan anak yang masih berguna, buku-buku bacaan yang layak untuk dibagikan, atau mungkin makanan persediaan di rumah yang masih enak untuk dinikmati, maka coba berbagilah dengan hal tersebut.

Jika sahabat memiliki waktu luang dan energi yang lebih, sesekali coba luangkan waktu juga untuk menjadi relawan sosial atau membantu berbagai program kemanusiaan. Misalnya menjadi pengajar untuk anak-anak yang kurang beruntung, menjadi relawan di dapur umum tempat terjadinya bencana, dsb.

Rasakan bahwa ada kebermaknaan dan kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan apapun karena aktivitas tersebut. Ya, karena berbagi bukan saja membahagiakan orang lain tapi juga diri kita sendiri.

  1. Sedekah bareng teman

Bagaimana cara melatih diri agar rajin bersedekah? salah satu caranya adalah dengan mengajak teman-teman agar kita lebih semangat bersedekah. Sahabat, bisa menjadikan teman sebagai salah salah satu tempat untuk  berlomba-lomba dalam kebaikan.

Kita semua tentunya mengetahui tentang kisah dua sahabat nabi yakni Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khattab, keduanya selalu berlomba-lomba dalam menunaikan kebaikan. Keduanya selalu bersaing untuk memberikan yang terbaik dari yang mereka miliki.

Sedekah bersama teman juga bisa dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan penggalangan donasi untuk saudara kita yang kurang beruntung atau sedang terkena musibah bencana alam. Awalnya mungkin kita akan termotivasi untuk bersedekah bersama teman-teman, sehingga lama kelamaan kita terbiasa untuk melakukannya sendiri.

  1. Menyadari bahwa harta adalah titipan Allah

Harta yang kita miliki tak lain hanyalah titipan dari Allah swt. yang suatu saat nanti akan dimintai pertanggung jawabannya. Dengan demikian, tentunya kita harus mengambil manfaat dan pahala sebanyak-banyaknya dari harta tersebut agar kelak menjadi penyelamat kita di akhirat.

Bersedekah adalah salah satu cara agar harta yang kita miliki memiliki manfaat yang tiada henti. Bahkan ketika harta yang kita miliki diwakafkan maka pahalanyapun akan terus mengalir meskipun kita telah meninggal selama harta tersebut masih diambil manfaatnya.

Yuk belajar membiasakan sedekah bersama Yayasan Nurul Hayat, harta yang sahabat keluarkan akan digunakan untuk pemberdayaan anak yatim dan dhuafa, beasiswa tahfidz dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Berapapun jumlah yang dikeluarkan, kemanfaatannya sangat membantu saudara-sudara kita yang membutuhkan.

Menjadi Manusia Yang Bermanfaat Bagi Orang Lain

Menjadi Manusia Yang Bermanfaat Bagi Orang Lain

Menjadi Manusia Yang Bermanfaat Bagi Orang Lain – Sungguh beruntung bagi siapapun yang dikaruniai Allah kepekaan untuk mengamalkan aneka pernik peluang kebaikan yang diperlihatkan Allah kepadanya. Beruntung pula orang yang dititipi Allah aneka potensi kelebihan olehNya, dan dikaruniakan pula kesanggupan memanfaatkannya untuk sebanyak-banyaknya umat manusia

Karena sesungguhnya ketika kita berbuat baik kepada orang lain, manfaatnya akan kembali kepada kita .

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (Al-Isra Ayat 7)

Menjadi Manusia Yang Bermanfaat Bagi Orang Lain – Yang terpenting agar kita benar-benar mendapatkan manfaat yang kita berikan kepada orang lain, kita harus ikhlas, karena ikhlas adalah salah satu kunci diterimanya amalan kita. Dan hanya amalan yang diterima Allah Jalla fii ‘Ulaah yang akan memberikan manfaat kepada kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Setiap Muslim diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain.

Memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman:

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ

Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ الله فِي حَاجَتِهِ

“Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ, ةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Barang siapa yang memudah kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).

Betapa indah pribadi yang penuh pancaran manfaat, ia bagai cahaya matahari yang menyinari kegelapan, menjadikannya tumbuh benih-benih, bermekarannya tunas-tunas, merekahnya bunga-bunga di taman, hingga menggerakkan berputarnya roda kehidupan. Dan hanya amalan yang diterima Allah Jalla fii ‘Ulaah yang akan memberikan manfaat kepada kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Demikianlah, cahaya pribadi kita hendaknya mampu menyemangati siapapun, bukan hanya diri kita, tetapi juga orang lain dalam berbuat kebaikan dengan sepenuhnya melimpahan energi karunia Allah Azza wa Jalla, Zat yang Maha Melimpah energiNya, Subhanallah. Ingatlah, hidup hanya sekali dan sebentar saja, sudah sepantasnya kita senantiasa memaksimalkan nilai manfaat diri ini, yakni menjadi seperti yang disabdakan Nabi SAW, sebagai khairunnas. Sebaik-baik manusia! Insya Allah

Beginilah Cara Rasulullah Bergaul

Beginilah Cara Rasulullah Bergaul

Beginilah Cara Rasulullah Bergaul – Rasulullah merupakan salah satu utusan Allah yang sangat penyabar, lapang hati, penyayang, pemurah, dan pemaaf. Beliau dikenal sebagai pribadi yang jujur, iffah (memelihara diri dari sifat keji), amanah, zuhud, serta tawadu.

Tidak hanya itu saja, pada pribadi Rasulullah terkumpul seluruh karakter baik lagi terpuji. Sifat-sifat mulia tersebut beliau tampakkan dihadapan para sahabat, bahkan musuh-musuhnya. Benci dan dengki tidak mampu menutupi keagungan sifat-sifat Rasulullah. Mereka menyaksikan sendiri dan mengakuinya.

Sebagaimana firman Allah SWT: “Sesungguhnya engkau benar-benar memiliki akhlak yang mulia” (QS al-Qalam: 4).

Beginilah Cara Rasulullah Bergaul – Rasulullah adalah sebaik-baik Nabi dalam membina umatnya. Beliau sebaik-baik ayah bagi anak-anaknya. Sebaik-baik suami bagi para istrinya. Sebaik-baik kakek bagi cucu-cucunya. Dan sebaik-baik sahabat bagi para sahabatnya.

Perlu umat Islam ketahui, bahwa dalam pergaulan, Rasulullah mewariskan kesan mendalam kepada para sahabatnya. Beliau selalu mendahului mengucapkan salam kepada orang yang dijumpainya lalu menyodorkan tangannya terlebih dahulu untuk bersalaman. Beliau tidak akan melepas tangannya sebelum orang itu melepas tangannya sendiri.

Jika Rasulullah dipanggil, beliau akan menengok dengan seluruh anggota tubuhnya. Apabila bercakap-cakap dengan seseorang, beliau tidak memalingkan wajahnya sampai orang itu pergi. Wajahnya selalu diarahkan kepada orang yang semajelis dengan beliau. Sehingga, orang-orang yang bersama Rasulullah merasakan bahwa mereka sangat dihargai dan dihormati.

Selain itu, Rasulullah tidak pernah memotong pembicaraan seseorang hingga ia selesai berbicara. Kecuali jika orang itu keterlaluan, maka beliau memutuskan pembicaraannya dengan melarangnya berbicara, atau dengan berdiri berpaling meninggalkannya.

Rasulullah yang mulia ini menghormati tamu yang masuk ke rumahnya. Kadang-kadang tamu beliau dipersilakan duduk di atas bajunya serta diberi bantal. Jika tamunya menolak, beliau terus menawarkan hal itu hingga tamu itu berkenan duduk di atasnya.

Salah satu contoh, ketika Jabir bin Abdillah al-Bajali hadir di majelis Rasulullah, ia tidak mendapati tempat maka ia duduk di dekat pintu. Lalu Rasulullah melipat bajunya dan memberikan kepadanya seraya berkata, “Silakan duduk di atasnya!”

Diambillah baju itu oleh Jabir dan diletakkan di wajahnya lalu diciumnya seraya menangis serta dikembalikannya kepada Rasulullah yang mulia. “Semoga Anda dimuliakan oleh Allah sebagaimana engkau memuliakanku,” kata Jabir.

Tatkala seseorang datang ke rumah beliau karena suatu keperluan, sedangkan beliau sedang menunaikan salat, beliau meringankan salatnya untuk segera menemui tamunya. “Apakah engkau memiliki keperluan?” kata beliau. Apabila keperluannya telah terpenuhi, beliau lalu kembali menunaikan salatnya.

Kekasih Allah ini selalu menasihati para sahabatnya dengan bahasa yang santun, lemah lembut, dan penuh kasih sayang. Beliau tidak bercakap-cakap dengan sesuatu yang menyinggung perasaan dan menyakiti hati para sahabatnya.

Bila tidak bertemu dengan salah seorang dari para sahabatnya selama sekian hari, Rasulullah selalu menanyakannya. Bila sahabatnya itu pergi, beliau mendoakannya. Jika sakit, beliau menjenguknya. Bila sudah wafat dan beliau belum mensalatinya, Rasulullah datang ke kuburannya.

Bergaul itu ada seninya. Seninya adalah menjaga etika. Etika pergaulan yang ditanamkan Rasulullah akan turun kepada Anda, jika akhlak beliau ada pada diri Anda. Tanpa meneladani beliau, kemuliaan belum pantas disematkan pada diri Anda. Wallahu A’lam.

Hukum Merayakan Maulid Nabi

Hukum Merayakan Maulid Nabi

Hukum Merayakan Maulid Nabi – Di sekitar kita, masih banyak yang sering merayakan maulid Nabi. Sebenarnya, bagaimana hukum maulid Nabi? Simak penjelasan singkat tentang hukum maulid Nabi berikut ini.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjawab:

Pertama, malam kelahiran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diketahui secara pasti kapan. Bahkan sebagian ulama masa kini menyimpulkan hasil penelitian mereka bahwa sesungguhnya malam kelahiran beliau adalah pada tanggal 9 Robi’ul Awwal dan bukan malam 12 Robi’ul Awwal. Oleh sebab itu maka menjadikan perayaan pada malam 12 Robi’ul Awwal tidak ada dasarnya dari sisi latar belakang historis.

Kedua, dari sisi tinjauan syariat maka merayakannya pun tidak ada dasarnya. Karena apabila hal itu memang termasuk bagian syariat Allah maka tentunya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya atau beliau sampaikan kepada umatnya. Dan jika beliau pernah melakukannya atau menyampaikannya maka mestinya ajaran itu terus terjaga, sebab Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran dan Kami lah yang menjaganya.” (QS. Al-Hijr: 9)

Hukum Merayakan Maulid Nabi – Sehingga tatkala ternyata sedikit pun dari kemungkinan tersebut tidak ada yang terbukti, maka dapat dimengerti bahwasanya hal itu memang bukan bagian dari ajaran agama Allah. Sebab kita tidaklah diperbolehkan beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara-cara seperti itu.

Apabila Allah ta’ala telah menetapkan jalan untuk menuju kepada-Nya melalui jalan tertentu yaitu ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka bagaimana mungkin kita diperbolehkan dalam status kita sebagai hamba yang biasa-biasa saja kemudian kita berani menggariskan suatu jalan sendiri menurut kemauan kita sendiri demi mengantarkan kita menuju Allah?

Hal ini termasuk tindakan jahat dan pelecehan terhadap hak Allah ‘azza wa jalla tatkala kita berani membuat syariat di dalam agama-Nya dengan sesuatu ajaran yang bukan bagian darinya. Sebagaimana pula tindakan ini tergolong pendustaan terhadap firman Allah ‘azza wa jalla,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kalian.” (QS. Al-Maa’idah: 3)

Oleh sebab itu kami katakan bahwasanya apabila perayaan ini termasuk dari kesempurnaan agama maka pastilah dia ada dan diajarkan sebelum wafatnya Rasul ‘alaihish shalatu wa salam. Dan jika dia bukan bagian dari kesempurnaan agama ini maka tentunya dia bukan termasuk ajaran agama karena Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian.” Barang siapa yang mengklaim acara maulid ini termasuk kesempurnaan agama dan ternyata ia terjadi setelah wafatnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka sesungguhnya ucapannya itu mengandung pendustaan terhadap ayat yang mulia ini.

Dan tidaklah diragukan lagi kalau orang-orang yang merayakan kelahiran Rasul ‘alaihis shalatu was salam hanya bermaksud mengagungkan Rasul ‘alaihis shalaatu was salaam. Mereka ingin menampakkan kecintaan kepada beliau serta memompa semangat agar tumbuh perasaan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui diadakannya perayaan ini. Dan itu semua termasuk perkara ibadah.

Kecintaan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibadah. Bahkan tidaklah sempurna keimanan seseorang hingga dia menjadikan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan bahkan seluruh umat manusia. Demikian pula pengagungan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk perkara ibadah. Begitu pula membangkitkan perasaan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga termasuk bagian dari agama karena di dalamnya terkandung kecenderungan kepada syariatnya.

Apabila demikian maka merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah serta untuk mengagungkan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu bentuk ibadah. Dan apabila hal itu termasuk perkara ibadah maka sesungguhnya tidak diperbolehkan sampai kapan pun menciptakan ajaran baru yang tidak ada sumbernya dari agama Allah. Oleh sebab itu, hukum merayakan maulid Nabi adalah bid’ah dan diharamkan.

Kemudian kami juga pernah mendengar bahwa di dalam perayaan ini ada kemungkaran-kemungkaran yang parah dan tidak dilegalkan oleh syariat, tidak juga oleh indera maupun akal sehat. Mereka bernyanyi-nyanyi dengan mendendangkan qasidah-qasidah yang di dalamnya terdapat ungkapan yang berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap Rasul ‘alaihish sholaatu was salaam sampai-sampai mereka mengangkat beliau lebih agung daripada Allah –wal ‘iyaadzu billaah-.

Dan kami juga pernah mendengar kebodohan sebagian orang yang ikut serta merayakan maulid ini yang apabila si pembaca kisah Nabi sudah mencapai kata-kata “telah lahir Al-Mushthafa” maka mereka pun serentak berdiri dan mereka mengatakan bahwa sesungguhnya ruh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir ketika itu maka kita berdiri demi mengagungkan ruh beliau.

Ini adalah tindakan yang bodoh. Dan juga bukanlah termasuk tata krama yang baik berdiri ketika menyambut orang karena beliau tidak senang ada orang yang berdiri demi menyambutnya. Dan para sahabat beliau pun adalah orang-orang yang paling dalam cintanya kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta kaum yang lebih hebat dalam mengagungkan beliau daripada kita. Mereka itu tidaklah berdiri tatkala menyambut beliau karena mereka tahu beliau membenci hal itu sementara beliau dalam keadaan benar-benar hidup. Lantas bagaimanakah lagi dengan sesuatu yang hanya sekedar khayalan semacam ini?

Bid’ah ini -yaitu bid’ah Maulid– baru terjadi setelah berlalunya tiga kurun utama. Selain itu di dalamnya muncul berbagai kemungkaran ini yang merusak fondasi agama seseorang. Apalagi jika di dalam acara itu juga terjadi campur baur lelaki dan perempuan dan kemungkaran-kemungkaran lainnya. (Diterjemahkan Abu Muslih dari Fatawa Arkanil Islam, hal. 172-174).

Memuliakan Tamu Dalam Ajaran Islam

Memuliakan Tamu Dalam Ajaran Islam

Memuliakan Tamu Dalam Ajaran Islam – Islam mengajarkan untuk memelihara silaturahmi dengan saudara, terutama sesama Muslim. Salah satu cara menjaga silaturahmi adalah dengan memuliakan tamu. Selain membuat tamu senang, amalan ini juga memiliki banyak keutamaan.

Memuliakan Tamu Dalam Ajaran Islam – Sebagai seorang Muslim, sudah selayaknya memperlakukan tamu dengan sebaik-baiknya. Umat Muslim harus menyambut dengan ramah, menjamu dengan makanan dan minuman terbaik, melayani keperluannya, serta memenuhi maksut dan tujuannya.

Dikutip dari buku 42 Hadits Panduan Hidup Muslim Oleh Abu Utsman Kharisman, tamu adalah orang safar yang singgah ke tempat tinggal seseorang karena ada suatu keperluan. Rasulullah SAW tidak menyebutkan batasan memuliakan tamu, karena hal ini disesuaikan dengan urf atau kebiasaan setempat.

Hadist Memuliakan Tamu

Dalam hadist riwayat Muslim dan Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.”

Hadist ini memberikan penjelasan bahwa ada kaitan antara iman seseorang dan memuliakan tamu. Islam memandang memuliakan tamu tidak hanya sebagai faktor penting dalam membangun kehidupan manusia, tetapi juga menjadi ukuran keimanan seseorang.

Memuliakan tamu juga dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Dikutip dari buku Informasi Kapuas 2019 Oleh Jum’atil Fajar, kisah ini tercantum dalam Alquran pada Surat Adh-Daariyat ayat 24-27.

“Sudah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: Salamun. Ibrahim menjawab: Salamamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: Silakan Anda makan.”

Dari ayat di atas, dapat diketahui salah satu sifat mulia Nabi Ibrahim adalah senang memuliakan tamu, padahal beliau tidak kenal dengan tamunya. Beliau tidak tahu bahwa tamu tersebut adalah malaikat, tapi ia tetap memperlakukan mereka dengan istimewa.

Adab Memuliakan Tamu

Selanjutnya, ada beberapa adab memuliakan tamu dalam Islam. Dikutip dari buku Adab Bertamu oleh Alik al Adhim, dalam memuliakan tamu ada beberapa cara yaitu:

  1. Disunnahkan menyambut tamu dengan mengucapkan selamat datang kepada mereka.
  2. Menghormati dan menyediakan hidangan untuk tamu semampunya saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan hidangan terbaik.
  3. Dalam pelayanannya, diniatkan untuk memberikan kegembiraan.
  4. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda, sebagaimana sabda dari Rasulullah SAW berikut:

“Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami.” (HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad)

  1. Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu, karena hal tersebut merupakan penghormatan bagi mereka.
  2. Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah mengajak mereka berbincang-bincang dengan topik yang menyenangkan, tidak tidur sebelum mereka tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang, dan merasa kehilangan tatkala pamitan pulang.
  3. Tidak membereskan hidangan sebelum tamu selesai menikmati.
  4. Setidaknya mengantarkan tamu saat hendak mau pulang hingga ke depan rumah.
  5. Tidak mengkhususkan mengundang orang-orang kaya saja tanpa mengundang orang miskin. Ini sesuai dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (HR. Bukhari Muslim)

 

Balasan Amal Sholeh Muslim

Balasan Amal Sholeh Muslim

Balasan Amal Sholeh Muslim – Nilai kebaikan diukur melalui amal shaleh. Amal shaleh merupakan implikasi dari keimanan seseorang. Amal shaleh memiliki tempat yang mulia dalam ajaran Islam. Karena itu, Islam memberikan balasan kebajikan untuk orang-orang yang istikamah dalam beramal shaleh.

Di antara balasan yang dijanjikan Allah SWT itu adalah, pertama, diberi pahala yang besar. ”Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS al-Maidah [5]: 9).
Kedua, diberi kehidupan yang layak.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS an-Nahl [16]: 97).

Ketiga,Balasan Amal Sholeh Muslim diberi tambahan petunjuk. “Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.” (QS Maryam [19]: 76).

Keempat, dihapuskan dosa-dosanya. “Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (QS al-Ankabut [29]: 7).

Kelima, dimuliakan hidupnya. “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS al-Isra’ [17]: 70).

Keenam, dijauhkan dari kegagalan. ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-Ashr [103]: 1-3).

Untuk itu, hanya amal shaleh yang berasal dari keimanan kepada Allah SWT, keyakinan akan keadilan-Nya, dan hanya berharap akan rahmat-Nya yang akan membawa manfaat dalam kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam.

Salurkan donasi anda melalui zakatkita dan selalu dukung berbagai program kami di nurulhayat

Copyright © 2001-2023 Yayasan Yay. Nurul Hayat Surabaya