Sedekah di Hari Jumat

Sedekah di Hari Jumat

Sedekah di Hari JumatHari jumat merupakan hari yang istimewa bagi umat muslim. Selain karena mendekati akhir pekan, ternyata banyak kebaikan di hari jumat. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri menganjurkan umatnya untuk senantiasa memperbanyak amalan dan ibadah pada hari Jumat ini. Salah satunya adalah sedekah di hari Jumat. 

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata tentang keutamaan hari Jumat, “Bahwasanya sedekah di hari Jumat dibandingkan semua hari dalam sepekan seperti sedekah di bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan selainnya.”

Bersedekah tidak selalu dalam bentuk harta atau materi saja. Tetapi segala sesuatu yang bersifat non harta pun jika diberikan kepada orang lain dan bermanfaat maka juga sedekah.

Bahkan untuk hal paling sederhana seperti memberikan sebuah senyuman kepada orang lain, bisa disebut juga sebagai sedekah. Dengan begitu, tidak perlu menunggu banyak harta atau banyak barang berharga untuk melakukan sedekah ini.

Seperti yang disampaikan dalam QS Al-Zalzalah ayat 7-8 “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.

Artinya, sedekah kita, dalam bentuk apapun itu asalkan dengan niat dan tujuan kebaikan, maka Allah akan membalas dengan kebaikan atau pahala yang setimpal. Dan Allah dengan Maha Adilnya, tidak menilai hanya dari besarnya pemberian kita, tetapi juga bagaimana kualitas ibadah kita.

Hari Jumat juga menjadi hari terbaik dimana nilai dan segala macam pahala akan dilipat gandakan, sehingga melakukan ibadah di hari Jumat akan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Kebaikan di hari Jumat juga akan membuahkan keajaiban yang tidak pernah di duga sebelumnya seperti aliran rezeki yang semakin lancar. Sekali lagi sedekah tidak selalu harus berupa materi, akan tetapi juga bisa dalam bentuk bantuan atau tenaga yang bermanfaat untuk orang lain.

Allah juga sudah menyiapkan ampunan, pengabulan doa dan juga pahala yang sangat besar bagi setiap hamba beriman dan oleh karena itu, hendaknya amal shalih dan juga ketaatan lebih ditingkatkan khususnya pada ibadah di hari jumat.

bersedakah di hari Jumat, terlebih bagi para laki-laki yang akan melaksanakan shalat Jumat adalah hal yang istimewa. Apalagi hari Jumat pun merupakan hari yang diberkahi dan penuh dengan keistimewaan. Jika hal tersebut sering dilakukan, maka pahala dan keutamannya sangat besar sekali.

Tak hanya itu, pada hari ini pun banyak sekali kebaikan-kebaikan yang menyertai. Bahkan ketika seseorang memohon kebaikan kepada Allah pada waktu itu, maka Allah akan senantiasa memberinya kebaikan dengan mudah.

Lengkung Terbaik Dari Wajah Itu

Lengkung Terbaik Dari Wajah Itu

Lengkung Terbaik Dari Wajah ItuPada awal abad ke-20, senyum secara resmi telah diakui sebagai ilmu yang disebut “Psikologi Tertawa.”. “Senyum mencairkan es, menanamkan kepercayaan diri dan menyembuhkan luka, itu adalah kunci dari hubungan manusia yang tulus,” jelas Voltaire.

Abu Hurairah juga meriwayatkan jika Rasulullah pernah bersabda: “Kamu tidak dapat memuaskan orang dengan kekayaanmu, tetapi bisa memuaskan mereka dengan wajah ceria dan akhlak yang baik” (Abu Ya`la dan Al-Hakim; hadits shahih).

Kebaikan bisa kita lakukan dengan cara sederhana, sedekah itu tidak harus selalu kita lakukan dengan memberi sejumlah materi jika kita memang tidak punya apa-apa. Karena membuat gerakan ekspresif dengan menarik sudut bibir ke atas tanpa bersuara sudah merupakan sedekah.

Senyum adalah kebajikan,

Rasulullah pernah bersabda, diriwayatkan dalam Hadits Riwayat Muslim, yang berbunyi: “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun hanya dengan bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri.” (HR. Muslim no 2626).

Jika kita sering tersenyum, kita sedang menjalankan salah satu sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam suka sekali menebarkan tersenyum.

Senyum itu sarana berbuat baik kepada manusia,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Kamu tidak akan mampu berbuat baik kepada semua manusia dengan hartamu, maka hendaknya kebaikanmu sampai kepada mereka dengan keceriaan (pada) wajahmu.” (HR. al-Hakim (1/212).

Jadi bisa disimpulkan dengan senyum, kita bisa menghadirkan kebaikan-kebaikan tersendiri dalam hidup kita. Dengan tersenyum, kita secara tidak sadar memberikan energi positif kepada orang yang menerima senyuman kita.

Sebagaimana yang dipaparkan dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi yang berbunyi:

“Menampakkan wajah manis di hadapan seorang muslim akan meyebabkan hatinya merasa senang dan bahagia, dan melakukan perbuatan yang menyebabkan bahagianya hati seorang muslim adalah suatu kebaikan dan keutamaan.” (Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” no. 6 hal 75-76).

Itulah makna dibalik lengkung terbaik dari wajah kita. Karena di balik senyum, terdapat pahala yang banyak, dan juga senyum mudah untuk dilakukan.

Selamat hari kamis, untukmu yang bersenyum manis.

Keberkahan Menyantuni Anak Yatim

Keberkahan Menyantuni Anak Yatim

Keberkahan Menyantuni Anak Yatim – Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada seorang anak yang ingin hidup sendiri tanpa adanya kehadiran orang tua. Namun, jika Allah SWT sudah menakdirkan manusia pada umurnya, manusia tidak bisa berbuat apapun. Seorang anak yang ditinggalkan atau wafatnya kedua orang tua mereka disebut Anak yatim piatu.

Keberkahan Menyantuni Anak Yatim – Keberadaan Anak yatim piatu menjadi keberkahan bagi setiap orang yang selalu peduli terhadap kehidupan anak tersebut, seperti yang dilakukan memberi makan, nafkah bahkan menyantuninya untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup anak yatim piatu itu sendiri.

Adapun keberkahan dan pahala yang akan didapat oleh orang yang senang menyantuni anak yatim piatu, dan betapa agungnya pahala yang akan Allah SWT berikan.

Apabila seseorang menyantuni anak yatim, maka akan seperti berinfak di jalan Allah dan Allah SWT. … “Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga.” (HR. Al-Baniy, Shahih At Targhib)

Rasulullah SAW sudah memberi jaminan jika pahala yang bisa didapat saat menyantuni anak yatim setara dengan pahala orang yang sedang berkihad.

Rasulullah menjelaskan jika disaat menyantuni anak yatim, maka hal tersebut sama halnya dengan bangun pada waktu malam dan berpuasa di siang hari kemudian dilanjutkan denga keluar di sore serta pagi untuk jihad di jalan Allah SWT.

Begitu juga keberkahan menyantuni anak yatim piatu akan senantiasa mendapat sisi kehidupan yang akan baik dan dijauhi dari bahaya karena pertolongan do’anya anak tersebut.

Seperti yang Allah janjikan bagi siapa saja yang menyayangi anak yatim piatu akan dibalas dengan pahala berlipat ganda.

Allah SWT akan membalas kebaikan orang yang sangat mencintai anak yatim piatu, jikapun ada anak yatim yang sangat nakal tidak seharusnya kita sebagai manusia memperlakukan mereka dengan mencercanya bahkan ada yang sampai menghinanya.

Seseorang yang sangat sayang sekaligus menyantuni anak yatim juga akan masuk kedalam golongan orang dengan iman dan taqwa oleh Allah SWT.

“Dan memberikan harya yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” [Al Baqarah: 177].

Itulah keberkahan dan pahala yang dijanjikan oleh Allah SWT beserta rasul-nya menurut ajaran Islam.

Kewajiban Menjaga Ukhuwah Islamiyah

Kewajiban Menjaga Ukhuwah Islamiyah

Kewajiban Menjaga Ukhuwah Islamiyah – Di antara ajaran Al-Quran dan As-Sunnah adalah perintah mewujudkan dan menjaga ukhuwwah islamiah (persaudaraan Islam) dan larangan melakukan segala perbuatan dan perkataan yang dapat merusak ukhuwwah Islamiah. Maka, umat Islam wajib menjaga ukhuwwah islamiah dan haram merusak ukhuwwah islamiah.

Kewajiban Menjaga Ukhuwah Islamiyah – Ukhuwwah islamiah  sangat  penting dalam Islam. Oleh karena itu, ukhuwwah islamiah diperintahkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan ukhuwwah islamiah, maka akan terwujud persatuan umat Islam dan perdamaian dalam masyarakat. Dengan adanya persatuan, maka umat Islam menjadi umat yang kuat dan mulia seperti pada masa Nabi dan para sahabat.

Kewajiban Menjaga Ukhuwah Islamiyah – Para sahabat sangat peduli dan komitmen dengan ukhuwwah islamiah. Mereka saling mencintai, mengasihi, menghormati dan menghargai. Meskipun terkadang mereka berbeda pendapat, namun hal itu tidak membuat mereka saling benci, apalagi menyesatkan orang lain. Inilah sikap Ukhuwwah islamiah yang ditanamkan dan diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW kepada para sahabat sehingga umat Islam menjadi kuat dan berjaya pada masa sahabat.

Al-Quran dan as-Sunnah memerintahkan umat Islam untuk mewujudkan dan menjaga ukhuwwah islamiah dengan bersatu dalam aqidah Islam yaitu aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, saling mencintai, membantu dan mengasihi saudaranya muslim. Sebaliknya, Al-Quran dan As-Sunnah melarang umat Islam merusak ukhuwwah islamiah dengan bercerai berai, berselisih, membuat konflik, membenci, mendengki, menfitnah, dan menyesatkan saudaranya muslim.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa umat Islam itu bersaudara dengan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara.” (Al-Hujurat: 10). Begitu pula Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan bahwa umat Islam itu bersaudara dengan sabda beliau: “Seorang muslim itu bersaudara dengan muslim yang lainnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Umat Islam wajib saling mencintai dan mengasihi saudaranya muslim. Bahkan mencintai dan mengasihi saudaranya muslim merupakan bukti kesempurnaan iman seseorang. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak beriman (secara sempurna) salah seorang di antara kalian sebelum ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Umat Islam wajib berlemah lembut dan berkasih sayang terhadap saudaranya muslim. Sebaliknya, umat Islam harus kuat,  berani dan tegas terhadap orang-orang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Muhammad itu utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (Al-Fath: 29). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “…yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir..” (Al-Maidah: 54).

Seorang muslim dilarang menyakiti dan menzhalimi saudaranya muslim. Perbuatan ini haram (dosa besar). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al-Ahzab: 58). Rasulullah SAW bersabda: “Seorang muslim itu bersaudara dengan muslim yang lainnya, maka tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh membiarkannya teraniaya dan tidak boleh menghinanya” (HR. Muslim).

Seorang muslim tidak boleh mendengki, membenci dan memboikot saudaranya muslim. Perbuatan ini haram (dosa besar). Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian saling dengki, jangan saling membenci dan jangan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (HR. Muslim).

Seorang muslim tidak boleh mencaci dan mengumpat saudaranya muslim. Perbuatan tersebut haram (dosa besar). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan janganlah sebahagian kalian mengumpat sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian suka makan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik.” (HR. Al-Hujurat: 12). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mencaci seorang muslim itu perbuatan kefasikan. Sedangkan membunuhnya perbuatan kekufuran.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Begitu pula seorang muslim tidak boleh menyesatkan saudaranya muslim tanpa ada dalil yang jelas dan shahih. Perbuatan tersebut haram (dosa besar). Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seseorang melemparkan tuduhan kepada orang lain dengan tuduhan kefasikan atau kekafiran melainkan tuduhan itu kembali kepadanya apabila yang dituduh ternyata tidak demikian.” (HR. Bukhari). Oleh karena itu, menuduh orang lain sesat tanpa ilmu atau dalil yang jelas dan shahih sama saja menyesatkan diri sendiri.

Umat Islam wajib bersatu dan saling menguatkan. Sebaliknya, umat Islam haram bercerai berai dan berselisih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai..” (Ali Imran: 103). Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Dan janganlah kalian menjadi orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (Ali ‘Imran: 105). Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti sebuah bangunan, di mana sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “..Dan janganlah kalian berselisih, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan kekuatan kalian hilang..” (Al-Anfal: 46)

Umat Islam wajib saling membantu dan mengasihi sesama saudaranya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan tolong menolonglah kalian dalam (berbuat) kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian tolong menolong dalam (berbuat) dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda: “Allah akan memberikan pertolongan kepada seorang hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan Rasulullah menggambarkan ukhuwah Islamiah sesama muslim itu bagaikan satu tubuh. Rasul saw bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kecintaan, kasih sayang, kelembutan mereka seperti satu badan. Jika salah satu anggota badan sakit, maka anggota badan lainnya juga ikut merasakan sakit.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Sungguh seorang mukmin bagi mukmin yang lain berposisi seperti kepala bagi tubuh. Seorang mukmin akan merasakan sakitnya mukmin yang lain seperti tubuh ikut merasakan sakit yang menimpa kepala”. (HR. Ahmad).

Demikianlah ajaran-ajaran Alqur’an dan As-Sunnah yang memerintahkan (mewajibkan) kita umat Islam untuk mewujudkan dan menjaga ukhuwwah islamiah dengan bersatu, saling mencintai, mengasihi, menolong, menghargai, menghormati, toleransi dan sebagainya. Sebagaimana Al-Quran dan As-Sunnah melarang (mengharamkan) kita merusak ukhuwwah islamiah dengan memaksa pendapat, berpecah belah, berselisih, menyakiti, menzhalimi, memprovokasi, menfitnah, mendengki, membenci dan menyesatkan saudaranya muslim.

Sudah sepatutnya kita umat Islam bersatu dan berukhuwwah sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Berukhuwah dan bersatu dalam manhaj sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan ajaran yang mulia dari Allah. Jangan mau diadu domba dengan isu radikalisme dan kebencian yang diciptakan musuh-musuh Islam dari Syi’ah, Barat dan liberal untuk menghancurkan Islam dan umat Islam. Bagaimanapun juga, jika ada terjadi perbedaan pendapat atau khilafiah di antara sesama umat Islam, maka kita wajib kembalikan kepada Alquran dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para ulama salaf dari para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Ukhuwwah islamiah dan persatuan umat Islam harus dikedepankan sesuai dengan perintah agama. Perbedaan pendapat wajib disikapi dengan saling toleransi dan menghormati pendapat yang berbeda. Semoga kita termasuk orang-orang yang taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya dengan mewujudkan dan menjaga ukhuwah islamiah serta meninggalkan perbuatan dan ucapan yang bisa merusak ukhuwwah islamiah dan memecah belah persatuan umat Islam.

Pentingnya Tabayyun Dalam Islam

Pentingnya Tabayyun Dalam Islam

Pentingnya Tabayyun Dalam Islam – Secara bahasa, tabayyun berarti mencari fakta tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaannya. Sedangkan secara istilah makna tabayyun adalah meneliti dan menyeleksi berita maupun informasi yang diperoleh, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan perihal hukum, kebijakan dan sebagainya.

Pentingnya Tabayyun Dalam Islam – Tabayyun atau verifikasi merupakan ajaran penting dalam agama Islam yang harus kita amalkan agar sebisa mungkin terhindar dari fitnah.

Perkembangan zaman sekarang ini sudah semakin canggih saja. Hampir semua informasi bisa kita dapatkan melalui teknologi. Tambah lagi kehadiran sosial media saat ini juga beragam. Bahkan informasi valid sekalipun, bisa kita dapatkan dari media sosial tersebut. Namun, penting juga untuk kita menyaringnya kemudian, mencari kebenarannya terlebih dahulu.

Jangan terburu-buru untuk menyebarkan. Sehingga mengakibatkan banyak hal yang tidak diinginkan. Peristiwa tersebut juga merusak ukhuwah. Tabayyun harus diterapkan di masa yang serba online, supaya tidak terkecoh berita bohong.

Tabayyun sendiri juga termasuk dalam akhlak mulia, karena mempunyai prinsip penting dalam menjaga kemurnian ajaran agama Islam serta menjaga keharmonisan dalam pergaulan.

Demi kehati-hatian tersebut, Allah dengan tegas memerintahkan bertabayyun dalam firmannya yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang padamu, orang fasiq membawa kabar berita maka bertabayyunlah (periksalah dengan teliti!) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS. al-Hujurat:6)

Di ayat yang lain di dalam surat yang sama Allah melanjutkan pesannya sebagai berikut,

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat dan Maha Penyayang” (QS. al-Hujurat:12).

Kehidupan bermasyarakat tidak lekang dari isu, gosip sampai adu domba antar manusia. Keadaan ini diperkeruh oleh adanya sekelompok masyarakat menjadikan gosip dan `aib serta `aurat (kehormatan) orang lain sebagai komoditas perdagangan untuk meraup keuntungan dunia. Bahkan untuk tujuan popularitas ada yang menjual gosip yang menyangkut diri dan keluarganya.

Sikap tabayyun perlu ditanamkan dalam diri seorang Muslim. Ketika menerima berita, hendaknya seorang Muslim mencari kebenarannya terlebih dahulu. Dan sebelum membagikannya, pastikan informasi tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan terlebih dahulu. Jangan sampai informasi yang disampaikan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari.

Membiasakan diri bersikap tabayyun bisa dimulai dengan melakukan riset fakta terkait informasi yang diterima. Seperti membaca sumber berita terpercaya, minimal lebih dari satu sumber

Bahkan, sejak zaman Rasullullah SAW, umat muslim selalu melakukan riset sebagai cara tabayyun. Merujuk pada isi Alquran misalnya, selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kelangsungan hidup manusia. Lebih lanjut  lagi, Alquran secara tersurat dan tersirat menekankan kepada muslim untuk membuat rencana hidup yang matang dalam melakukan apapun. Selalu mengedepankan berpikir sebelum bertindak, baik dalam skala besar maupun kecil dalam kehidupan.

Keutamaan Menyambung Tali Silaturahmi

Keutamaan Menyambung Tali Silaturahmi

Keutamaan Menyambung Tali Silaturahmi – Silaturahmi adalah salah satu amalan umat Muslim untuk menyambung tali persaudaraan. Silaturahmi dalam Islam bukan hanya sebuah tradisi melainkan sunnah sesuai ajaran nabi. Biasanya berkumpul dan bersama keluarga adalah pemandangan yang sering terlihat saat bersilaturahmi.

Keutamaan Menyambung Tali Silaturahmi – Banyak cara untuk menyambung tali silaturahmi. Misalnya dengan cara saling berziarah (berkunjung), saling memberi hadiah, atau dengan pemberian yang lain. Sambunglah silaturahmi itu dengan berlemah lembut, berkasih sayang, wajah berseri, memuliakan, dan dengan segala hal yang sudah dikenal manusia dalam membangun silaturahmi. Dengan silaturahmi, pahala yang besar akan diproleh dari Allah Azza wa Jalla. Silaturahim menyebabkan seseorang bisa masuk ke dalam surga. Silaturahim juga menyebabkan seorang hamba tidak akan putus hubungan dengan Allah di dunia dan akhirat.

Menjalin silaturahmi antar sesama manusia sangat dianjurkan, karena  merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat disukai Allah SWT. Banyak perintah dalam Alquran dan hadist yang menerangkan pentingnya silaturahmi dalam Islam. Untuk itu, wajib bagi kaum muslimin menjaga silaturahmi sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.

Dalam hadist Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.”(H.R. Bukhari & Muslim).

Selain hadits di atas, Allah SWT juga menerangkan dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 1, bahwa orang yang menyambung silaturahmi termasuk golongan orang yang bertakwa. Alllah SWT berfirman:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kamu kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu dari nafs yang satu (Adam), dan darinya Allah menciptakan pasangannya (Hawa), dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan menggunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. An-Nisa:1).

Ada banyak keutamaan dalam menjalin silaturahmi. Keutamaan silaturahmi adalah sebagai berikut.

  1. Melapangkan Rezeki

Keutamaan silaturahmi yang pertama adalah melapangkan rezeki. Ada kalanya seseorang mengalami kesulitan dalam mencari rezeki. Mudah bagi Allah memberikan rezeki bagi hambanya bahkan dari arah yang tidak diduga-duga.

Rasulullah menyampaikan dalam sebuah hadits, salah satu manfaat silaturahmi dalam Islam adalah melapangkan rezeki. Dalam hadist tersebut Rasulullah SAW bersabda.

“Barangsiapa ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (H.R Bukhari & Muslim).

  1. Memperpanjang Umur

Setiap manusia tentu ingin diberikan umur yang panjang. Sebab, dengan panjangnya umur akan memperbanyak kesempatan untuk berbuat kebaikan.

Manusia juga tempatnya salah dan lupa. Maka dari itu, dengan umur yang panjang akan memiliki kesempatan untuk bertaubat atas dosa-dosa yang telah lalu.

  1. Menghilangkan Perselisihan

Keutamaan silaturahmi selanjutnya adalah menghilangkan perselisihan. Seringkali perselisihan antar saudara maupun kerabat terjadi, bisa karena perbedaan pilihan, prinsip atau bahkan masalah ekonomi. Meski demikian, Allah melarang untuk memutuskan hubungan tali silaturahmi.

Salah satu bentuk hikmah silaturahmi dalam Islam adalah dapat menghilangkan perselisihan yang sedang terjadi. Dengan saling bertegur sapa, bukan tidak mungkin masalah dapat diselesaikan dengan baik-baik.

  1. Mendapatkan Rahmat

Mencari rahmat Allah adalah bentuk usaha umat Muslim untuk mendapatkan tempat terbaik di yaummul akhir. Salah satu amalan yang paling mudah agar mendapat rahmat Allah adalah dengan menyambung tali silaturahmi.

  1. Menjaukan diri dari ancaman neraka

Keutamaan silaturahmi berikutnya ialah dijauhkan dari neraka. Seorang Muslim yang menjalin kembali tali silaturahmi akan dijauhkan dari neraka. Sebagaimana dijelaskan dalam  hadis berikut ini.

“Tidak akan masuk surga orang yang suka memutuskan tali persaudaraan.”(HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im r.a)

Oleh karena itu, tetap sambungkanlah tali silaturahmi. Berhati-hatilah dari memutuskannya. Masing-masing kita akan datang menghadap Allah dengan membawa pahala bagi orang yang menyambung tali silaturahmi. Atau ia menghadap dengan membawa dosa bagi orang yang memutus tali silaturahmi. Marilah kita memohon ampun kepada Allah Ta’ala, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Copyright © 2001-2023 Yayasan Yay. Nurul Hayat Surabaya